Rabu, 26 September 2012

you are my everithing

“kenapa kamu tega menghianati aku Miko ? apa salahku selama 1 tahun kita bersama ? apa ?! katakan padaku Miko !!” aku tak dapat lagi menahan rasa sakit hati yang meluap-luap di dada. Aku tidak peduli jika ia menganggap aku wanita yang cengeng. Aku menangis di hadapannya karena aku tidak bisa lagi mentolerir perbuatannya kali ini. Miko, kekasihku yang sudah menghiasi hari-hariku selama 1 tahun kini berhianat dengan wanita lain. Aku tidak tau siapa wanita itu, aku tidak mengenalnya, tetapi Miko sendiri yang mengaku kepadaku kalau ia sudah mengecewakan aku dan meminta padaku untuk mengakhiri hubungan kami karena ia merasa sudah tidak mungkin untuk melanjutkan semuanya ini.

“aku sungguh minta maaf Sharon, tapi aku tidak bisa lagi bersamamu. Maafkan aku...” Miko tidak memberiku kesempatan untuk berbicara, ia langsung pergi meninggalkan ruang tamu rumahku yang hanya berisikan kami berdua. Tangisku pecah saat mendengar pintu rumahku tertutup. Miko sudah benar-benar pergi, ia tidak akan kembali lagi, ia ternyata serius dengan perkataannya. Aku bodoh sekali telah mempercayainya. Ini semua kesalahanku dan aku layak menerimanya.

‡‡‡

Aku hanya tinggal dirumah bersama dengan Bi Lastri dan supirku Mas Seno. Orangtuaku selalu sibuk mengurus bisnis di luar kota atau luar negri. Meskipun begitu aku tidak pernah merasa kesepian karena mereka berdua selalu menghibur dan menemaniku. Tentu saja, karena Bi Lastri dan Mas Seno sudah mengasuhku sejak bayi sampai sekarang aku menjadi mahasiswi, aku tetap masih membutuhkan mereka.

Ketika Miko memutuskan hubungan kami aku pun menceritakan semuanya kepada mereka. Aku menangis di pelukkan Bi Lastri wanita paruh baya itu. Ia membelai rambutku dan menenangkan aku seperti anaknya sendiri. Walau Miko tidak mencintaiku tetapi aku beruntung karena masih mempunyai mereka yang menyayangiku. Untuk itu aku berjanji tidak akan terpuruk karena dia.

“loh non Sharon kok belom ganti baju sih ? Tuan sama nyonya udah nunggu di bawah untuk makan malam dari tadi, cepetan ya non abis itu non langsung turun.” Ujar Bi Lastri yang sudah bolak-balik ke kamar untuk mengingatkan aku berulang kali.

“iya iya, bilang sama mama dan papa suruh tunggu ya bi. Aku bentar lagi turun, mau siap-siap dulu.” Kataku lalu menutup pintu kamar dan menguncinya setelah bi Lastri keluar.

Aku rasa aku tidak bisa menepati janjiku, aku rasa aku lebih baik mati daripada tidak bersama Miko. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Diriku hampa tanpa kehadiranya, tanpa senyum manisnya, serta canda tawanya. Sudah 1 bulan aku mengambil cuti kuliah karena aku merasa belum sanggup untuk mengikuti pelajaran mata kuliahku semenjak Miko meninggalkanku.

Dan kini mama dan papaku baru saja kembali dari Manado tadi pagi. Entah mengapa kepulangan mereka kerumah pun tidak bisa menghibur hatiku yang sedang terguncang.

Maafkan aku ma, pa... aku bukan anak yang baik, aku rasa aku tidak bisa makan malam bersama lagi dengan kalian, untuk selamanya... selamat tinggal...

Aku menelan banyak obat tidur yang ada di laci lemari kamarku malam itu. Aku berniat untuk mengakhiri rasa sakit ini. Aku yakin setelah aku meminum semua obat tidur ini aku akan merasa tenang dan rasa sakit itu tidak akan muncul lagi. Beberapa menit kemudian aku merasa tubuhku mati rasa, aku jatuh tergeletak ke lantai dan mengalami kejang-kejang.

Dari luar pintu kamar aku masih bisa mendengar mama dan papaku yang terus mengetuk-ngetuk pintu dan berteriak dengan cemas. Aku dengar mereka meminta bantuan pada Mas Seno untuk mendobrak pintu kamarku.

Tidak...ma, pa.. kalian jangan masuk... aku tidak ingin kalian menangisi anak kalian yang bodoh ini...

Mataku mulai meredup, perlahan tertutup dan aku tidak tau lagi apa yang terjadi setelah itu. Aku rasa aku sudah mati ? Ya, baguslah! Rencanaku berhasil! Ucapku dalam hati.
‡‡‡

Harapanku ternyata tidak terkabul. Orangtuaku membawaku ke rumah sakit tepat waktu sehingga aku berhasil diselamatkan. Aku sempat tidak sadarkan diri selama 2 bulan, dan sekarang aku sudah keluar dari rumah sakit itu. Mama dan papaku tampak terpukul dengan kejadian ini. Mereka menangis begitu mendapati aku tersadar dari koma. Aku sungguh seperti anak durhaka. Aku berdosa kepada mereka berdua dan terutama kepada Tuhan. Bagaimana bisa aku melakukan percobaan bunuh diri hanya karena seorang pria ? maafkan aku Tuhan..

Setelah kejadian itu orangtuaku memutuskan untuk membawaku ke London. Mereka ingin aku melupakan hal-hal yang terjadi di Jakarta dan memulai lembar kehidupan yang baru. Aku menyetujuinya, walaupun aku tau nanti di sana mereka juga tidak selalu hadir untuk menemaniku, tapi setidaknya aku berada di tempat yang baru dan aku harap aku bisa melupakan kenangan pahitku.

Keesokan harinya aku, mama dan papa segera terbang ke London. Aku pasti akan sangat merindukan Bi Lastri dan Mas Seno, tapi ini adalah jalan yang terbaik bagiku. Miko pun tidak pernah memberi kabar sama sekali sejak terakhir kali kami bertemu, padahal aku tetap ingin berteman dengannya, nomernya juga sudah tidak aktif lagi. Aku rasa ini memang saatnya aku untuk melupakannya.

Sesampainya di ibu kota Inggris itu aku langsung merebahkan tubuhku ke kasur karena Jet lag yang mendera. Ya, ini lah rumah baruku, tempat tinggal baru, dan orang-orang baru yang akan mengisi kehidupanku.

Mama memasuki kamarku dan menghampiri aku yang sedang terbaring di tempat tidur. “Sharon, kamu istirahat yang banyak ya, mama dan papa harus pergi ke Manchester untuk menemui relasi bisnis. Kalau kamu butuh sesuatu minta saja sama Nanny Grace. Oh ya, dia juga bisa berbahasa Indonesia.”

“ya, kalian berdua hati-hati.” ucapku sambil menarik bedcover bermotif bunga mawar itu.

Sendiri lagi... selalu seperti ini, and i’m getting used to it.

Aku menetap di London hanya sampai aku merasa lebih baik saja, aku tidak sungguh-sungguh pindah ke negara ini. Aku mengambil cuti 1 tahun di kampus ku dengan alasan terapi penyembuhan. Istilah “tidak ada tempat yang paling nyaman dari kampung halaman” itu memang benar. Walaupun tinggal di London, aku tetap rindu Indonesia dan aku akan segera kembali sampai aku selesai menata hatiku.

“Sharon, apa kau butuh sesuatu ?” sahut seseorang dari luar kamarku dengan bahasa Indonesia yang tidak terlalu fasih. Ya, itu adalah Nanny Grace.

“tidak, saat ini aku ingin tidur saja. Terimakasih tawarannya Nanny.” Balasku nyaring.

“baiklah. Istirahat yang cukup.” ujarnya.

Aku tidak merasa lelah lagi, justru sekarang merasa bosan. Aku membuka laptopku dan menyolokkan modem ke port usb. Sudah 3 bulan aku tidak membuka akun jejaring sosialku, mungkin ada hal terbaru yang tidak ku ketahui.

“maafkan aku meninggalkanmu, sekarang kau pasti membenciku. Tidak apa, itu justru yang aku inginkan karena aku memang tidak pantas mendapatkan wanita yang sangat baik sepertimu.. aku hanya seorang pengecut, i’m so sorry Ser..” 3 months ago.

Ketika membuka akun facebook-ku, itulah hal pertama yang aku liat di beranda. Itu adalah status yang ditulis Miko 3 bulan yang lalu. Karna penasaran aku pun membuka profilenya secara keseluruhan. Entah mengapa jantungku berdetak lebih cepat 2 kali lipat dari sebelumnya. Begitu tampilan facebook Miko terpampang lengkap di depan kedua bola mataku aku tidak dapat berkata sedikitpun. Aku hanya menggigit bibir bagian bawahku, menahan agar aku tidak menangis ketika membaca semua statusnya.

“sepertinya harapanku sudah sirna, kalau memang dia sudah melupakan aku dan bahagia bersama dengan orang lain, aku pun akan berusaha untuk bahagia.” 15 minutes ago.


“ini membuatku tersiksa, aku tidak sanggup lagi..” 1 day ago.


“aku harap dia tidak membuka akun facebooknya, kalau ya, aku benar-benar akan sangat malu.” 2 days ago.


“it’s so cold without you by my side, i’m sorry to hurt such an angle like you. You are my everything.” 4 days ago.


“you must be hate me so much.” 2 weeks ago.


“if only i could tell you the truth, would you still love me ?” 1 month ago.

Yang benar saja ?! apa kau benar-benar menulis semua status ini Miko ? tapi kenapa ? apa alasanmu melakukan ini semua terhadapku ? ternyata kau tidak pernah sungguh-sungguh ingin pergi meninggalkanku ?! lalu mengapa kau berbuat seperti itu ?? aku tidak mampu menahan cairan hangat itu keluar dari mataku, aku merasa sangat senang usai membaca semua statusnya, namun aku juga merasa sedih karena dulu ia tidak mau jujur kepadaku.

Beberapa saat aku menangisi hal itu lalu aku tersadar kalau kepergianku ke London adalah untuk menghapus kenangan pahitku. Ya! aku harus melupakan Miko! Lagipula sudah terlambat bagiku jika sekarang aku ingin berharap dia masih mencintaiku. Dari status yang ditulisnya 15 menit yang lalu dapat disimpulkan bahwa ia akan melupakanku cepat atau lambat, dan aku harus merelakan itu.
‡‡‡

Hanya 1 bulan aku berada di London dan aku memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Aku rasa aku sudah menata dengan benar hatiku. Aku yakin sudah tidak ada lagi perasaanku yang tersisa untuk Miko, mantan kekasihku yang dulu meninggalkanku. Meskipun aku tau kebenarannya, tapi itu sudah terlambat. Semuanya sudah berakhir...

“Sharon, are you really leaving ? please just stay with me..” pria bertubuh jangkung itu memelukku dengan erat. Ya, dia adalah Kieran, aku mengenalnya saat berkunjung ke perpustakaan umum di London ketika aku merasa down setelah mengetahui yang sebenarnya tentang Miko. Dia bekerja di sana, dia mengajakku berkenalan dan makan malam. Sebenarnya aku mulai sedikit menyukai laki-laki tampan berambut coklat itu, tapi aku harus pergi. Aku harus melanjutkan studiku di Indonesia yang sudah terbengkalai karena kejadian-kejadian yang terjadi belakangan ini.

Aku mengendurkan pelukannya perlahan. “i want it, but i can’t, i have to go now. Don’t be sad Ki, i’ll visit you right away. Goodbye..” Ucapku sambil menyunggikan senyum manis kepada Kieran.

Aku bersiap menggaet sebuah tas travel berukuran sedang dan koper besar. Tetapi saat aku akan membelokkan tubuhku untuk pergi dari sana tiba-tiba saja Kieran meraih pergelangan tanganku dan menariknya sehingga tubuhku berputar 180 derajat. Wajahku tepat di depan wajahnya dan sangat dekat, aku memandang mata birunya penuh tanda tanya. Kieran semakin mendekatkan wajahnya kearahku, ia menundukan kepalanya sedikit lalu dalam sekejap ia mendaratkan sebuah kecupan lembut di bibirku yang membuatku tak bisa berkata apa-apa.

Kieran melepaskan genggamannya lalu berkata. “sorry if you don’t like it, but that’s our farewell kiss. I’ll be missing you Sharon..”

“thank you Kieran.” Ucapku lalu melangkah pergi dari sana. Kieran, dia satu-satunya pria yang mampu membuatku ragu untuk pergi dari London, tetapi aku tetap harus kembali ke Indonesia. Aku tidak akan melupakanmu Ki. Terimakasih kau sudah hadir dalam hidupku...
‡‡‡

Saat aku sudah menempati tempat duduk ku di pesawat, entah mengapa aku ingin membuka handphone dan melihat facebook-ku kalau-kalau ada seseorang yang menulis sesuatu di wall-ku.

Benar saja dugaanku, ternyata ada seseorang me-wall-ku. Dia teman SMA-ku dulu Flavia :

“oh my God! I really miss you Sharon!! It’s been so long, let’s meet up dear.” 6 hours ago.

“please turn off your cell phone because the plane will be taking off in a few minutes.” Ujar pramugari tersebut yang memperingatkan aku karena terlihat masih asik memegangi benda mungil itu.

“oh, ok.” Jawabku singkat.

Cepat sekali pesawat ini akan lepas landas. Aku pun bergegas log off dari facebook-ku, tapi aku sengaja kembali ke beranda. Dan hal itu membuatku terkejut! Aku melihat Miko baru saja mengupdate statusnya :

“going back to Indonesia from London, i can’t stand my dad anymore. I need to meet you! I have to tell you the truth.. hope you could understand.” Just now.

Apa ?! ternyata dia selama ini ada di London ?! dan sekarang ia sedang kembali ke Indonesia ?!

Ini benar-benar mengagetkan untukku. Aku berdiri dan mencari-cari sosok Miko. Aku duduk di bagian tengah, jadi aku harus mengecek ke bagian depan dan ke belakang supaya menemukannya. Namun beberapa saat mencarinya aku tidak mendapatkan Miko di bangku deretan depan maupun belakang. Dengan menghela nafas panjang aku pun kembali ke tempat dudukku.

Aku sedikit terkejut karena ketika aku kembali ke bangku ku aku mendapati tas besar milik seseorang ada di sampingku. Padahal sebelumnya aku tidak melihat tas itu, tiba-tiba saja benda itu muncul.

Aku duduk diam, memejamkan mata dan memasang headphone menyetel musik rock kencang-kencang. Entah kenapa aku merasa sedikit kecewa karena tidak dapat menemukan Miko dan seharusnya aku juga tidak perlu mencari pria itu, karena aku harus melupakannya.

Akhirnya pesawat pun lepas landas, hanya tinggal hitungan detik saja tapi orang yang duduk di sampingku tak kunjung datang. Apa dia belum pernah naik pesawat sebelumnya? Gumamku dalam hati.

“excuse me miss..” ucap seseorang dengan nafas yang bergemuruh seperti di kejar hantu. Ya, pasti orang itu!

“it’s ok, no...” saat aku melepaskan headphone dan membuka kedua mataku, aku tak berkutik dan bibirku tak bergerak sedikit pun memandang orang tersebut.

“Sharon ?” ucapnya dengan nada setengah tak percaya.
‡‡‡

Sungguh sebuah hadiah yang tak terduga bagiku. Aku satu pesawat dengan Miko dan tempat duduk kami pun bersamaan. Meskipun begitu aku tidak membuka mulut. Aku mengunci bibirku rapat-rapat dan berusaha bersikap acuh terhadapnya.

“maafkan aku Sharon... sekarang aku akan menjelaskan semuanya kepadamu. Aku harap kau bisa mengerti.” Kata Miko yang membuka pembicaraan di tengah keheningan kami selain suara pesawat yang sedikit bising terdengar.

Aku tidak memandangnya, aku hanya membalas ucapannya. “aku sudah tau semuanya, aku sudah baca semua statusmu. Tidak ada lagi yang perlu di jelaskan.”

“masih ada yang belum kau ketahui Sharon dan aku harus mengatakannya. Tolong izinkanlah aku menjelaskannya padamu.” Nada yang memelas itu membuat hatiku luluh. Rupanya aku belum bisa menata hatiku, rupanya aku masih menyukainya.

“katakanlah apa yang ingin kau katakan.” Ucapku berharap terdengar cuek.

“aku meninggalkanmu karena papaku memaksaku untuk belajar mengurus perusahaannya, itu ia lakukan karena menurutnya aku lah satu-satunya pewaris perusahan yang ideal. Dia tidak mau kakakku Tommy yang menjadi pewaris perusahaan karena baginya Tommy hanya akan memperburuk keadaan keuangan perusahaan yang sedang goyah saat ini. Karena itu aku beralasan kepadamu bahwa aku telah menghianatimu, tapi kenyataannya aku sama sekali tidak pernah melakukan itu Sharon. Aku sangat mencintaimu, tetapi di lain sisi aku juga tidak bisa menolak permintaan papaku. Tolong cobalah mengerti keadaanku Sharon, aku tidak pernah berniat untuk melukai perasaanmu sedi...” Miko terus saja berbicara dan itu membuat telingaku panas. Aku tidak bisa untuk tidak memaafkannya apalagi karena alasannya sangat kuat seperti itu.

Aku pun memotong perkataannya. “lalu kenapa kau kembali ? aku melihat status mu, kau bilang kau tidak tahan dengan papamu.” Kini aku mulai menatapnya, aku memberanikan diri memandang wajahnya. Dia tidak berubah, masih sama seperti dulu... sangat tampan..

Miko tertunduk sejenak, ia menggengam tanganku dan kembali berkata. “sebenarnya urusanku di London belum selesai Sharon, tetapi aku sudah tidak tahan lagi karena rasa bersalah yang terus menghantui diriku. Aku ingin kau tau semuanya, dan aku tidak ingin kau membenciku karena aku sangat menyayangimu.”

“jangan bicara lagi. Aku mencintaimu Miko. Dan aku tidak pernah bisa membencimu.” Aku langsung memeluk Miko saat itu juga. Rasanya aku rindu sekali dengan pria ini. Kalaupun aku ingin, aku tidak bisa membenci Miko. Aku bingung mengapa bisa seperti itu. Tapi satu yang pasti aku sangat senang bisa bersama lagi dengannya.

You are my everything, no one will be able to replace you from my heart...
You mean the world to me...
You’re the apple of my eye...

di malam festival

Mami Nadia berteriak-teriak memanggil anaknya. Nadia keluar kamar. Ia baru saja menikmati tidur siang yang membuat kepalanya berdenyut. Matanya masih agak tertutup. “Ada, apa, Mi?”

“Kamu ini bagaimana, sih? Kamu ‘kan harus menjemput Farah!” Kantuk Nadia langsung hilang.

“Tiga puluh menit lagi kereta Farah sampai di statsiun.” Maminya geleng-geleng kepala melihat Nadia yang terburu-buru lari ke kamar untuk ganti baju dan mengambil dompet.

“Hati-hati di jalan, Sayang. Mami mau arisan di tetangga sebelah.” Mami Nadia bergegas pergi.

Nadia membuka pintu garasi sambil menggerutu. “Ini gara-gara kak Galih! Tiap hari pulang Maghrib melulu! Jadi aku yang harus menjemput Farah dan naik mobil tanpa SIM!”

“Hei, kuantar, ya.” Nadia berteriak kaget. Ia mendapati tetangganya, Rendy, di muka garasi. Rendy tersenyum meminta maaf. Nadia menolaknya dengan sinis. Ia masuk ke mobil dan langsung menyalakan mesin mobil. Ia mundur sampai matanya bertatapan dengan Rendy. Nadia menatap sinis. Lalu Nadia memundurkan sedan metalik Ayahnya dengan lancar dan membawanya melesat di jalan raya.

Setelah memarkir mobil dengan aman, Nadia langsung berlari tergesa-gesa. Ia menoleh kesana-kemari saat penumpang kereta sudah banyak yang turun, tetapi ia tidak menemukan Farah. Jangan-jangan Farah naik kereta yang salah, seperti saat es-em-pe kelas dua, dua tahun yang lalu? Nadia menggaruk kepalanya. Lalu ia melihat Farah. Hampir tergelincir Nadia, saat ia berlari menaiki kereta. Ia tersenyum lega melihat sepupunya itu sedang menurunkan tas besar dibantu seorang petugas yang masih muda. Farah terlihat hampir menangis sekaligus lega melihat Nadia.

Nadia tersenyum geli. Ia mengucapkan terima kasih pada petugas yang membantu tadi, lalu merangkul Farah turun dari kereta. Saat ia menoleh ke kereta, ia melihat petugas tadi buru-buru membuang muka dan berlalu. Heee, jangan-jangan cowok tadi naksir Farah?

Nadia membantu membawa tas hitam super besar Farah. Farah adalah sepupunya yang agak ceroboh. Tetapi ia mau menolong dan mempunyai sifat yang baik dan lembut. Ia belum punya pacar karena ia memang belum pernah jatuh cinta. Padahal cowok yang antri banyak, mereka semua menyukai kecerobohan Farah.

“Ah!” Farah tiba-tiba berteriak dalam mobil.

“Nadia, aku lupa bilang terima kasih pada petugas yang membantuku menurunkan tas tadi! Cowok itu baik sekali, walaupun ia sering membentakku. Pertama, saat aku tersandung di dekat pintu kereta. Lalu saat aku menumpahkan minumanku ke seragamnya. Tapi ia tetap membantuku menurunkan tasku meski sambil marah-marah.”

Tadi Nadia memang sekilas melihat noda di bagian depan seragam petugas itu. Ia tersenyum membayangkan kecerobohan Nadia, dan bagaimana petugas tadi marah-marah. Sepertinya Farah tertarik pada petugas yang masih muda itu.

Di rumah, Nadia langsung mengantar Farah ke kamar tamu, kamar yang dulu pernah ditempati Farah saat berkunjung. Karena kelelahan, Farah langsung tertidur lelap. Nadia menyelimutinya lalu meninggalkan kamar. “Selamat datang, sepupu.”

***

Pukul setengah lima pagi Farah membangunkan Nadia dan mengajaknya lari pagi. Dengan mata masih mengantuk Nadia pergi ke kamar mandi untuk cuci muka. Mereka lari mengelilingi kompleks perumahan Nadia sampai pukul enam, lalu Farah mengajaknya untuk sarapan bubur di taman.

Di taman, mereka bertemu dengan Rendy, lalu Rendy mentraktir mereka bubur. Sebenarnya Nadia tidak ingin dekat-dekat dengan Rendy dan ingin segera pulang. Tetapi Farah sangat ingin makan bubur, Jadi terpaksa Nadia menerima tawaran traktiran Rendy. Farah duduk di antara mereka berdua.

Selama makan, Nadia menunduk terus dan tidak mau menatap Rendy. Ia makan dengan cepat, tidak bicara, walaupun Farah dan Rendy mengajaknya mengobrol. Setelah selesai makan, Nadia langsung buru-buru mengajak Farah pulang. Rendy berteriak memanggil Nadia namun Nadia diam saja. “Nadia, jangan lari, nanti keram perut! Kau ‘kan baru saja makan!”

Farah sepertinya ingin bertanya kenapa Nadia tidak mengacuhkan Rendy, tapi ia mengurungkan niatnya, sampai Nadia sendiri mau bercerita.
***

Nadia menghela napas. Ia menyandarkan tubuhnya ke bahu tempat tidur. Ia memandang langit-langit kamarnya dan bayangan masa lalu kembali memenuhi benaknya.

Saat itu Nadia masih kelas dua SMP. Ia mendapatkan tetangga baru, Rendy. Rendy cowok periang, ramah, dan murah senyum. Tubuhnya tinggi, tegap, dan atletis. Rambutnya dipangkas pendek. Karena Rendy satu SMU dan satu kelas dengan Galih, Rendy sering main ke rumahnya. Kadang Nadia main ke rumah Rendy untuk mengantarkan makanan atau menanyakan PR (sebab Galih pelit meski pintar).

Nadia jatuh cinta pada Rendy dan Nadia terang-terangan menunjukkan sikapnya. Tapi Rendy hanya menganggapnya adik, Nadia menerima hal itu. Hal yang membuatnya kesal adalah sebulan yang lalu Rendy mengenalkan Nadia pada temannya, Bayu. Kata Rendy, Bayu naksir Nadia. Sejak itu Nadia memutuskan untuk membenci Rendy.

Ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. Farah memanggilnya untuk makan malam bersama keluarga Nadia. Setelah makan malam, Galih berbisik pada adiknya.

“Kau ini kenapa akhir-akhir ini menghindar dari Rendy? Dulu kau senang bersamanya.” Mata Galih menyipit.

“Rendy menunggumu di halaman belakang. Kau harus kesana!” Ia menghampiri Farah.

“Farah, aku akan mengantarmu keliling kota. Nadia ada urusan. Ayo!” Galih merangkul Farah. Sorot matanya mengatakan bahwa Nadia harus menemui Rendy.

Aku takkan datang! Nadia menjatuhkan diri ke sofa. Setelah setengah jam, Nadia melongok ke halaman belakang rumahnya. Ia melihat Rendy sedang membelakanginya, memandangi kolam renang persegi. Nadia membuka pintu, Rendy lansung berbalik.

“Hai, kukira kau takkan datang.” Karena Rendy tampak kedinginan, Nadia mempersilahkannya masuk.

“Terima kasih.” Rendy duduk di tepi keramik dapur.

Nadia tidak menyalakan lampu karena ia tidak ingin Rendy melihat wajahnya.

“Ada apa?”

“Nadia….” Rendy menggosok hidungnya. Ia bersin beberapa kali karena kedinginan.

“Aku hanya ingin tahu kenapa sikapmu belakangan ini berubah. Sepertinya kau menghindariku. Kau sudah seperti adikku, lalu tiba-tiba, Bum! Kau menghindariku.”

Nadia menunduk. “Aku hanya tidak suka Kak Rendy menyodorkan aku pada Kak Bayu. Padahal sudah ada cowok yang kusukai.”

“Oh? Benarkah? Aku minta maaf.” Rendy mendekati Nadia.

“Maafkan aku, aku takkan mengulanginya lagi. Aku ingin kau kembali menyapaku. Kau mau ‘kan, Nadia?”

“Aku…baiklah.” ujar Nadia lemah. Sayang sekali Nadia tidak melihat mata Rendy yang berkilat senang dalam kegelapan. Nadia menempelkan dahinya di kaca jendela dapur, memandangi Rendy yang berlari melompati pagar tembok pembatas rumahnya dan rumah Rendy. Lalu Nadia menangis karena ia sangat menyadari bahwa ia masih mencintai Rendy. Dan ia pun tahu, cukup sulit untuk membenci Rendy.
***

Nadia merengek pada Galih agar ia dan Farah diberikan tiket khusus untuk datang ke festival tahunan di SMU Galih (acara lanjutan setelah acara kelulusan kelas tiga) yang tertutup untuk umum. Awalnya Galih menolak, namun karena ia pusing mendengar rengekan adiknya, akhirnya ia mengiyakan. “Baiklah, tapi kau dan Farah cari kostum sendiri. Aku akan meminta tiketnya pada ketua nanti. ”

“Siap, Letnan! Terima kasih, ya!” Nadia mengecup kakaknya. Galih mengelap pipinya dan mengibas-kibaskan tangan menyuruhnya keluar dari kamarnya. Nadia langsung berlari menemui Farah. “Berhasil, kau tidak sia-sia berlibur di sini, Farah! Kita bisa menikmati festival tahunan dengan gratis di SMU Kak Galih! Ayo kita cari kostum!” Kemudian mereka mencari baju bekas di loteng dan bahan lain yang bisa ditemukan di loteng dengan penuh semangat.

Nadia senang sekali bisa ikut pesta kelulusan kelas tiga sekaligus festival tahunan yang hanya ada di SMU Galih. Di pesta itu semua mengenakan kostum. Ada yang mengenakan kostum hantu, tokoh-tokoh Disney, dan tokoh idola. Tahun pertama di SMU, Galih mengenakan kostum Pinokio, dan tahun kedua mengenakan kostum Zero. Nadia belum tahu apa yang akan dikenakan kakaknya di festival nanti. Di festival itu semua berdansa sampai tengah malam (acara pesta kelulusan dimulai pukul 9 pagi sampai pukul 3 sore, dilanjutkan acara festival tahunan mulai pukul 7 malam sampai tengah malam).

Setiap hari Galih pulang Maghrib karena ia panitia Seksi Dekorasi. Tapi Nadia tidak diberitahu setting festival kali ini seperti apa. Di pesta itu panitia tergabung dari kelas 1, 2, dan kelas 3 yang akan lulus. Rendy juga Seksi Dekorasi, tapi ia izin saat ada arisan RT di rumahnya beberapa hari yang lalu karena harus membantu ibunya menyiapkan arisan.

Seminggu kemudian….

“Ini benar-benar festival, Nadia!”

“Ya, hmm….” Nadia terpesona menatap gerbang sekolah yang masing-masing tiang dihiasi kepala nenek sihir dan devil. Di tengah gerbang terbentang kain hitam dengan cat merah bertuliskan ‘WELCOME IN FESTIVAL’. “Farah, jangan melompat-lompat, nanti kau ja….” Nadia memijat dahinya melihat Farah dengan kostum kuda ─ yang lebih mirip kostum keledai ─ jatuh tersungkur ke tanah. Sebelum Nadia sempat menolong, seorang cowok berkostum Aladdin mengulurkan tangan pada Farah. Sepertinya aku kenal cowok itu tapi di mana ya? Nadia berlari menghampiri Farah. “Kau tak apa-apa?”

“Ya, tapi lututku.” Farah melihat cowok Aladdin. “Ah, cowok pemarah!”

“Cewek ceroboh! Kenapa ada di sini?” tanya cowok pemarah alias petugas statsiun.

“Ini ‘kan tertutup untuk umum, kecuali kalian punya tiket khusus….”

“Sepupuku panitia di sini, kelas 3, namanya Galih Prasetyo. Kau sendiri?”

“Aku juga kelas 3 di SMU ini. Aku…Firman.”

Nadia mundur perlahan. Oke, deh, dunia milik berdua! Nadia memperhatikan siswa-siswi yang berlalu-lalang. Mereka mengenakan kostum yang bagus, keren, dan indah. Ada Cinderella, Robin Hood, Wonder Woman, cewek koboi, dan tokoh terkenal lain. Ada juga yang mengenakan kostum Casper, Harry Potter, dan Frankeinstein.

Nadia merinding melihat dekorasi yang dibuat. Setting festival tahun ini adalah Istana Hantu. Di kiri kanan pintu masuk aula pesta dansa yang sangat luas dipasang mumi dan manusia serigala yang dari moncongnya menetes darah. Di dalam aula sendiri didekor seperti Istana Hantu, hanya 8 nyala obor menerangi. Di langit-langit tergantung kelelawar karet, dan di sudut dibuat sarang laba-laba beserta laba-labanya. Suasana menakutkan sekaligus menyenangkan. Di aula sama ramainya dengan di luar. Siswa-siswi berkostum tengah asyik mengobrol, bercanda, ataupun berdansa dengan pasangannya. Di panggung ada yang nge-band diselingi musik dari piringan hitam.

Nadia merasa diperhatikan seseorang. Saat ia menoleh, matanya bertatapan dengan seorang cowok berpakaian koboi, lengkap dengan topi koboi, sepatu bot, dan pistol di pinggang. Nadia mengenali Rendy, dan jantungnya langsung berdegup kencang. Malam ini Rendy sangat tampan. Beberapa perempuan mengelilinginya. Snow White, Tinker Bell, Ratu Salju, dan Madonna. Dengan sedih Nadia memalingkan wajah. Ia mencari-cari Galih dan menemukan kakaknya sedang menyesap minuman berwarna biru sambil memperhatikan sekeliling. Nadia menghampiri kakaknya itu. “Kau belum ganti kostum, Kak?”

Galih terkekeh. “Kau tahu, idola yang paling kukagumi adalah diriku sendiri.” Galih mengaduh karena Nadia memukulnya. “Hai, Rendy, titip adikku, ya. Aku mau mencari Sisca. Kalian akur-akur, ya!” Galih langsung berlari dan menghilang di kerumunan orang-orang berkostum.

Nadia tidak mengira bahwa Rendy telah berdiri di belakangnya sampai tadi Galih menyapanya. Ia tidak berani menoleh. Namun Rendy menarik sikunya dan mengajaknya ke luar aula, setelah sebelumnya Rendy mengambilkannya minuman bersoda dari meja minuman di dekat pintu keluar aula. Mereka mencari bangku yang kosong, dan menemukannya di bawah pohon pinus, di samping aula. “Kau terlihat cantik mengenakan kostum gipsy ini, Nadia.” Rendy tersenyum memandangnya.

“Te-terima kasih. Oya, dekorasinya sangat bagus….” Nadia memperhatikan kelelawar karet yang menggantung di pepohonan di depannya.

“Syukurlah.” Rendy tak lepas memandangnya, membuat Nadia rikuh dan ge-er. “Galih bekerja paling keras. Dari kelas satu ia ingin mewujudkan hal ini.” Akhirnya Rendy menatap kejauhan. “Rendy memberikan kostum yang telah ia jahit sendiri pada teman kami yang tidak mampu. Galih orang yang sangat baik.”

Dengan perasaan bangga Nadia tersenyum. “Ya, tentu saja.” Nadia melihat siswa berkostum tengkorak lewat di depannya. “Mana pacar Kak Rendy?”

“Sudah putus. Lucu juga, kami hanya berpacaran seminggu….” Rendy kembali menatapnya. Wajahnya tegang, tanpa senyum, namun tetap tampan. “Nadia, saat kau menjauh beberapa waktu lalu, aku baru menyadari perasaanku. Karena itu aku putus dengan Melly. Aku… jatuh cinta padamu, Nadia.”

Nadia membelalak. “Kau ‘kan hanya menganggapku adik….”

“Ya, mulanya aku menganggap begitu. Aku menyesal tentang Bayu. Saat kau menjauh, aku merasa kosong, rindu padamu. Oleh karena itu aku mengajak berdamai. Aku pengecut, tidak mengatakan alasan sebenarnya untuk berdamai. Aku pura-pura menjadi kakak yang kesepian. Tak usah panik, aku hanya ingin memberitahumu. Sebab ini hari kelulusanku. Aku akan kuliah di Purwokerto. Lagipula kau ‘kan punya cowok yang kausukai…waktu di dapur kau bilang begitu ‘kan….”

“Orang yang kusukai itu Kak Rendy! Apakah tidak sadar? Aku terang-terangan menunjukkannya. Aku kesal Kak Rendy tidak peka dan malah menyodorkan Kak Bayu.”

“Kau tidak mengada-ada ‘kan?” Rendy memegang bahu Nadia. Matanya berkilat senang dan ketegangan di wajahnya mencair, berubah menjadi sangat cerah.

“Sudah kubilang aku menyesal soal Bayu.” Rendy memeluknya.

“Aku cinta padamu, Nadia.” Rendy melepas pelukannya dan menatapnya penuh senyum.

“Kau mau menjadi pacarku ‘kan?” Rendy menunggu sampai Nadia mengangguk, lalu berdiri dan mengajak Nadia kembali ke aula untuk berdansa sampai tengah malam. Di malam festival ini menjadi malam terindah bagi Nadia. Cintanya selama ini akhirnya tersampaikan.

cinta selalu ada

Cinta bukanlah sesuatu hal yang tabu lagi untuk dikenal
Banyak orang merasa bahagia karena cinta
Cinta akan menjadi sebuah kasih sayang...
Jika orang yang dicintai membalas cinta yang diberikan
Namun, cinta akan menjadi amarah….
Jika orang yang dicintai malah mendustainya….
Cinta takkan pernah mati
Melainkan akan tetap tumbuh disetiap
Pori-pori dan aliran darah umat manusia
Hingga akhir waktu…

Makassar benar-benar indah di kala pagi hari. Udaranya sejuk, suasananya damai dan terasa menyenangkan. Tanpa ku sadari setahun sudah aku berada di kota impianku. Hmmm,,,, semakin di pandang semakin terasa damai.

Pagi yang cerah ini aku dihadapakan dengan alam yang hijau dan langit yang cerah untuk menyambut datangnya sinar mentari pagi. Sesekali di arah timur, terlihat kemuning emas yang membahana, suara kendaraan yang berlalu lalang dan suara si jago merah yang selalu membangunkan seluruh umat di pagi hari. Meskipun semuanya terasa bising dan tak enak didengar. Namun bagiku itu semua adalah keterpaduan suara musik yang indah. Hembusan angin pun seolah tak mau kalah untuk memberikan nadanya sendiri. Hati, jiwa, dan perasaanku pun ikut terbawa dengan semua itu. Maha besar Allah yang telah menciptakan semua keindahan ini. Subhanallah….

Di awal tahun 2012 ini, semua harus berubah. Tentunya menjadi lebih baik. Hah,,, cerita di tahun 2012 akan segera di mulai. Dan yang pastinya bersiaplah untuk semua yang akan datang padamu. Tetap semangattttt……!!!!!!!

Hari kedua di tahun baru ini, aku menemukan teman baru yang begitu baik. Dia selalu mengajakku chering di setiap waktunya. Dia adalah arvian. Arvian adalah teman satu kampus dan satu fakultas denganku. Selama ini aku tak menyadarinya, karena dulu aku tergolong orang yang kurang bergaul dan juga pendiam. Kalaupun ada temanku, dia hanyalah Narnia dan jesica. Arvian adalah mahasiswa yang pintar namun terkadang tak pernah beruntung. Ada satu hal yang mesti diubah olehnya, sikap malasnya yang selalu menggerogoti dirinya.

Terkadang dia sering datang terlambat disaat jam kuliah sudah dimulai. Bahkan ada yang lebih parah dari itu, banyak tugas yang dia lalaikan. Aku tahu semua ini, karena ternyata Arvian cukup terkenal di kampus dengan julukan si malas. Dia hanya butuh motivasi. Entahlah apa yang membuat dia seperti itu. Akupun tak tahu. Aku tak berani menanyakannya, karena aku takut menyakiti persaannya. Terlalu sulit bagiku mencari teman yang bisa di percaya, itulah yang menyebabkanku berusaha untuk menjaga persahabatan ini.

Hari-hari baru menggelut dalam hidupku, Arvian teman baikku selalu hadir di setiap lembar hari-hariku. Semakin lama, aku merasa dia semakin berubah. Berubah menjadi anak yang manis. Sekarang dia sudah mulai belajar membuang rasa malasnya dengan selalu tepat waktu mengikuti jadwal kuliah dan selalu mengerjakan tugas-tugas kampus. Hah,,, aku bahagia dengan perubahannya itu. Hal itu membuatku semakin yakin akan sebuah perubahan. Akhirnya hal yang baik terjadi juga padanya. Memang benar apa yang sering di katakan oleh Guru SMA ku dulu, “selalu ada jalan untuk menuju ke arah yang lebih baik.” Namun, tak jarang jalan yang kita tempuhi itu selalu mulus. Tetapi ada cara untuk memuluskannya yaitu jangan pernah melupakan Tuhan di setiap hal apapun yang kita lakukan. Dan keyakinan untuk berubah harus lebih besar dari pada sebuah keegoisan. Yakinlah!!!! Tuhan selalu ada di setiap hal apapun yang kita lakukan. Dan yang pastinya Dia selalu mengawasi kita.

Hari yang cerah untuk jiwaku yang cerah saat ini. Entahlah apa yang tengah terjadi denganku. Aku merasa semuanya terasa menyenangkan bila bersama dengan Arvian. Ya Tuhan… aku takut, persaan ini adalah cinta? Aku takut menghancurkan persahabatan yang baik ini hanya karena keegoisanku untuk memilikinya.

Setiap kali bertemu dengan Arvian, pasti hatiku terasa deg-degkan. Namun, aku berusaha menyembunyikannya dan berusaha agar dia tidak tahu apapun yang aku rasakan terhadapnya. Kami selalu bertemu di perpustakaan untuk belajar bersama. Semua itu membuatku bahagia. Lambat laun perasaan ini menggerogoti hatiku. Hah,,, aku pasti bisa menanganinya. Ya, bisa!

Hingga di suatu hari, Arvian memanggilku. Dia ingin mengatakan sesuatu ke padaku.

“Vi, boleh nda’ aku nanya sesuatu ama kamu?” tanya Arvian serius.

“ hm… tentu saja” Jawabku.

“Kelihatannya kamu tidak suka menjalin suatu hubungan pacaran?”. Hahahahaha……. Aku tertawa lucu!

“Ternyata cuman ini yang ingin kamu tanyakan padaku? kamu benar-benar membuatku ingin tertawa.” Aku tetawa ngakak. Namun, semuanya terhenti ketika Arvian menatapku dengan serius. Sumpah,,. Bola matanya itu benar-benar indah. Matanya mencerminkan suatu ketulusan yang membuatku langsung terpaku menatapnya.

“Aku serius Vi. Kita kan sahabatan, jadi kamu bisa donk jawab pertanyaanku?” wajah berharap.

“Hm,,,, gimana yach harus mengatakannya? aku juga bingung ngejelasinnya. Intinya aku harus menyelesaikan semua studiku dulu baru dech aku bisa pacaran.” nada meyakinkan.

“Cuman itu doank?” Tanya Arvian padaku. Sebenarnya sich ada masa laluku yang suram and sorry aku ga’ bisa certain ke kamu. Maaf yach! ini bukan pelit, tapi ini rahasia. Hehehe…..” Wajah meyakinkan dariku.

“Ok, aku bisa engerti kok”. Akupun merasa penasaran dan balik bertanya kepada dia.

“Bdw, kenapa kamu tanyakan hal itu padaku?” tanyaku penasaran.

“tidak , cuman pengen tahu aja” jawab Arvian. Selepas itu, aku dan Arvian pun melupakan semuanya. Dan kami pun berpisah karena aku mesti melanjutkan jam kuliahku.

Di kost,,,,

Sambi menggoreskan tinta di atas kertas putih diaryku. “Apa sebenarnya yang dipikirkan Arvian?” Tanya hatiku. Hah, aku berharap dia hanya sekedar ingin tahu, bukan karena dia memiliki perasaan yang sama sepertiku.

Entah apa yang terjadi, aku mendengar kabar Arvian dan jesica kini sudah jadian. Ya Allah,,, mengapa hal seperti ini terulang lagi padaku? Ketika aku mulai mencintai seseorang, ternyata dia mencintai orang lain. Sulit bagiku melihat mereka berdua selalu bersama. Aku sebagai sahabat, hanya bisa ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh kedua sahabatku. Namun, sebagai seorang wanita jauh didasar hatiku yang terdalam ada luka yang sulit untuk diobati.

Arvian kini jarang bersamaku. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya bersama jesica. Kalaupun disaat aku membutuhkannya, dia selalu membuat banyak alasan untuk tidak bisa bertemu denganku. Hah,,, aku benar-benar kehilangan dia.

“Maafkan atas semua kebodohan, keegoisan, dan semua kesalahan yang ku perbuat. Aku hanya ingin kamu bicara padaku lagi. Jangan mendiami diriku seperti ini. Ini semua membuatku tersiksa”.

Lambat laun setelah semua yang kulalui, kini aku menikmati kesendirian ini dengan menata kehidupanku yang baru. Tak ada yang harus aku sesali. Aku hanya butuh sebuah keyakinan untuk bisa bangkit menjadi diriku Vianda Amryta renaldy kayak dulu lagi. Menjadi pribadi yang tegar tanpa harus menangisi kenyataan yang menimpaku. Dunia ini begitu luas, sehingga aku tak harus merasa sempit untuk hidup di dunia ini. Tak ada yang bisa membuatku jatuh lagi.

Hingga suatu hari, Arvian datang padaku. Dia ingin memulai semuanya seperti sebelum-sebelumya. Dan aku menerima dia lagi sebagai sahabatku. Rasa yang dulu pernah ada kini telah terkikis habis oleh sang waktu. Kalaupun masih tersisa itu mungkin 0,01%. Dan rasa 99,99% yang tersisa hanyalah persaan sebagai sahabat.

Ketika Arvian meminta maaf karena telah menelantarkan persahabatan kami selama ini. Dan berharap kami bisa menjadi sahabat kayak dulu lagi, aku menerimanya dengan tangan terbuka. Ada satu hal yang selalu tertanam di pikiranku. Menurutku, semakin banyak sahabat, semakin banyak rezeki yang bakalan datang. Hehehe….

Aku tak mungkin tidak menerima Arvian menjadi sahabataku lagi. Karena Aku hidup di dunia ini bukan hanya sendiri dan terlebih lagi aku tak ingin rasa benci mengalahkan kekuatan cinta persahabat kami selama ini. Selain itu aku tak ingin menyakiti dia dengan tidak menerimanya sebagai sahabataku lagi. Aku hidup di dunia ini bukan untuk menyakiti orang lain. Tapi, Aku hidup di dunia ini untuk menabur kebahagiaan di setiap lembar-lembar kehidupanku bersama orang-orang yang mencintaiku, dan orang yang aku cintai.

Semuanya akan berjalan dengan baik. Itulah kata yang selalu ku tanamkan di dalam hatiku agar bisa melegakan apapun yang aku lakukan. Tetap optimis dan membuat keyakinan bahwa semuanya akan berakhir dengan bahagia. Bahagia bukan berarti harus membuatnya selalu menjadi sempurna. Tapi bagaiman kita bisa membuat orang lain tersenyum tanpa harus membuat sesuatu terlihat istimewa.

Hm…. Awan hitam menutupi cerahnya langit sore di makassar. Mungkin sebentar lagi bakalan turun hujan. Di beranda kost, aku duduk sendiri sambil memegang buku diaryku. Akupun terdiam dan memikirkan semua yang telah terjadi. Sambil mengingat kembali semua kenangan-kenangan pahit maupun manis bersama semua sahabat-sahabatku. Setelah itu aku pun teringat Arvian, sahabatku. Sambil mengingat kenangan bersamanya, aku meggoreskan tinta hitam diatas kertas putih diaryku.

“Aku mencintainya bukan karena keegoisanku, tapi aku mencintainya karena dia adalah milik Yang Maha Kuasa. Aku tak harus menuntutnya untuk mengikuti semua apapun yang aku mau. Yang aku inginkan hanyalah kebersamaan di setiap langkah. Bila ternyata dia mempunyai rasa yang sama seperti yang aku miliki, aku yakin Allah akan memudahkan jalannya untuk bisa menemukan rasa itu. Tetaplah bahagia bersama jesica, walau itu membuatku sakit. Aku sudah mengikhlaskan semuanya. Mungkin ini adalah jalan terbaik untukku, dia dan jesica. Aku tak ingin menyakiti hati jesica dengan cara merampas semua perhatiannya. Bila aku tak mendapatkan hatinya sebagai pacar. Aku berharap, aku mendapatkan hatinya sebagai sahabat.”

Genggaman Cinta-Mu
Cinta adalah anugrah dari yang maha kuasa
Semua orang memilkinya
Dan berhak mendapatkannya
Cinta bukanlah suatu musuh yang harus di benci
Tapi dia adalah sahabat yang akan selalu menemani….
Menemani di kala suka maupun duka

Terimakasih Ya Tuhan….
Karena telah memberikan cinta-Mu padaku
Melalui sosok orang-orang yang menyayangiku
Aku berharap, Engkau takkan pernah meninggalkanku
Dan takkan pernah melepaskan genggaman cinta-Mu untukku…..
Hidup memang susah untuk di tebak. Semuanya berjalan seakan sebuah cerita. Cerita hidup yang harus kita jalani dan lalaui satu persatu. Aku berfikir, bila aku sudah melangkah kedepan, maka aku akan terus melangkah walau tekadang harus membuatku terjatuh. Namun, aku takkan pernah berhenti untuk terus melangkah. Aku akan menganggap di cerita hidup ini akulah yang jadi tokoh utamanya. Dan aku tak ingin digantikan menjadi peran pembantu di cerita hidupku sendiri. Tetap tersenyum dengan semua cobaan yang kuhadapi. Akan ku katakan pada setiap masalah yang kuhadapi, kalau aku tidak sendiri dan aku masih punya Tuhan yang selalu menyayangiku. Aku tahu disetiap serat lembar kehidupanku selalu ada cinta yang terselip untukku. Cinta itu datang dari Tuhanku, kedua orang tuaku, keluargaku, sahabat-sahabatku, dan orang-orang yang menyayangiku. Semangat!!!! ^_^

sebening cinta embun

Embun. Aku memanggilnya embun. Titik – titik air yg jatuh dari langit di malam hari dan berada di atas dedaunan hijau yang membuatku damai berada di taman ini, seperti damai nya hatiku saat berada disamping wanita yang sangat aku kagumi, embun.

“ngapain diam di situ, ayo sini rei…” teriakan embun yang memecahkan lamunanku. Aku lalu menghampirinya, dan tersenyum manis dihadapan nya.

“gimana kabarmu embun?”

“seperti yang kamu lihat, tak ada kemajuan. Obat hanyalah media yang bertujuan memperparah keadaanku. Dan lihat saja saat ini, aku masih terbaring lemah dirumah sakit kan?”, Keluhnya.

“obat bukan memperparah keadaanmu, tapi mencegah rasa sakitnya. Embun,, kamu harus optimis ya”.

“hei rei, aku selalu optimis. Kamu nya aja yang cengeng. Kalo jenguk aku pasti kamu mau nangis,, iya kan? Udahlah rei,,, aku udah terima semua yang di takdirkan Tuhan,, dan saatnya aku untuk menjalaninya, kamu jgn khawatir, aku baik-baik aja kok”. Benar kata embun, aku selalu ingin menangis ketika melihat keadaannya. Lelaki setegar apapun, pasti akan sedih melihat keadaannya, termasuk aku.

***

Sudah 2 minggu tak kutemui senyum embun di sekolah. Sangat sepi yang aku rasakan. Orang yang aku cintai sedang bertaruh nyawa melawan kanker otak yang telah merusak sebagian hidupnya. Apa? Cinta? Apakah benar aku mencintainya??? Entahlah,, aku hanya merasakan sakit di saat melihat dia seperti ini. ya Tuhan, izinkan aku menggantikan posisinya. Aku tak ingin melihat wanita yang aku sayangi terbaring lemah di sana. Tolong izinkan aku.

Seperti biasa, aku menyempatkan diri setelah pulang sekolah untuk pergi menjenguk embun di rumah sakit.

“hai embun,, bagaimana kabarmu?”

“sudah merasa lebih baik di bandingkan hari kemarin. Gimana keadaan sekolah kita?”

“baik juga. Cuma… ada sedikit keganjalan.”

“keganjalan apa rei?”

“karena di sana tak kutemukan senyummu embun….”

“ada ada aja kamu rei,,, hahaha. O iya, kata dokter, besok aku udah di izinin pulang lho. Aku senang banget. Kamu bisa kan jemput aku di sini”.

“apa? Serius?” tanyaku kaget dan senang juga.

“sejak kapan aku bisa bohong sama kamu. Aku serius reivan algibran. Hehehhe”.

“gak perlu sebut nama lengkapku embun azzula,, aku percaya kok”. Senang sekali bisa melihat senyum dan tawamu embun,,, bathinku.

***
Waktu terasa cepat berlalu, karena sekarang aku sudah berada tepat di depan pintu kamar embun. Aku mengetuknya dan…” pagi embun,,”

“pagi juga reivan,, gimana, kamu dah siapkan antar aku kemanapun aku mau…?”

“siap tuan putri,, aku selalu siap mengantarmu kemanapun engkau mau. Heheheh”

“ok,, sekarang aku pengen ke taman. Tempat kita pertama kali bertemu rei,, kamu bisa antar aku ke sana kan?”.

“siip, berangkat”.

Taman ini menjadi tempat favorit kami. Sedih, suka, marah akan kami lontarkan di tempat ini. Tempat yang penuh dengan bunga-bunga yang kami tanam dari nol. Ya, taman ini karya kami. Taman yg terletak tepat di belakang gedung sekolah. 1 petak tanah yg tak pernah tersentuh oleh tangan manusia, ntah apa alasan mereka. Tanah yg tandus, bunga yg layu telah kami sulap menjadi taman cinta yang begitu indah, yang di tumbuhi bunga2 kesukaan kami. Sejak embun di rawat di rumah sakit, aku tak pernah mengunjungi taman ini, walaupun dekat dengan sekolahku.

“rei, kenapa semua bunga di sini layu,, apakah tak pernah kamu rawat?”. Tanyanya. Apa yang harus aku jawab,, aku tau, dia pasti marah.

“mereka layu karena tak ada embun di sini”. jawabku seadanya.

“embun? Bukannya tiap pagi selalu ada embun yg membasahinya?”

“tak ada yg lebih berarti selain embun azzula bagi tanaman ini, termasuk aku”. Jelasku yg membuat dia terdiam sesaat.

“maksud kamu?”, dia menatapku dalam.

“tak ada,, mereka cuma butuh embun azzula yg merawatnya, bukan embun biasa dan aku. Mereka kesepian, karena sudah 2 minggu tak melihat senyum dan tawamu embun”.

“ya, aku menyadarinya itu. Sahabat,,, maafin embun ya,,, maaf selama ini embun gak bisa merawat sahabat serutin kemarin. Itu karena kesehatan embun yg semakin berkurang. Dulu embun bisa berdiri sendiri, sekarang embun harus menggunakan tongkat, kursi roda dan bahkan teman. Teman seperti rei, yg bisa memapah embun. Thanks y rei..”

“eh,, ii iya, iya embun, sama sama.”

Sudah seharian kami di sini,, tanpa di sadari embun terlelap di pangkuanku. Menetes airmataku ketika melihat semua perubahan fisik yg terjadi padanya. Wajahnya yg pucat, tubuhnya yg semakin kurus, dan rambutnya yg semakin menipis, membuat aku kasihan. Kenapa harus embun yg mengalaminya? Tapi aku juga salut, tak pernah ada airmata di wajahnya. Dia sangat menghargai cobaan yg diberikan Tuhan kepadanya, dia selalu tersenyum, walaupun sebenarnya aku tau, ada kesedihan dibalik senyum itu.

“rei…” desahnya

“ia embun. Kamu dah bangun ya? Kita pulang sekarang yuk,,, “ ajakku ketika dia sadar dari mimpinya.

“aku mau di sini terus rei,, kamu mau kan nemenin aku. Aku mau menunggu embun datang membasahi tubuhku. Sudah lama sekali aku tak merasakannya”.

“tapi angin malam gak baik buat kesehatan kamu”.

“aku tau, tapi untuk terakhir kali nya rei,,, pliss…”.

“maksud kamu apa? Aku gak mau dengar kalimat itu lagi”.

“gak ada maksud apa-apa,,, kita gak tau takdir kan. Dah ah,, kalo kamu gak mau nemenin aku, gak apa-apa. Aku bisa sendiri”.

“gak mungkin aku gak nemenin kamu embun,, percayalah… aku akan selalu ada untukmu”.

“ gitu dong,, itu baru sahabat aku.” Ucapnya sambil melihat bunga-bunga di sekelilingnya.

“embun…”

“ya,,,”

“kamu suka dengan embun?”

“sangat. Aku sangat menyukainya. Embun itu bening, sangat bening. Dan bening itu menyimpan sejuta kesucian. Aku ingin seperti embun, bening dan suci. Menurutmu bagaimana?”

“aku juga mencintai embun. Mencintai embun sejak mengenal embun”.

“rei, kamu tau… aku ingin seperti embun. Embun yang bisa hadir dan memberi suasana beda di pagi hari. Embun yg selalu di sambut kedatangannya oleh tumbuhan”.

“kamu sudah menjadi embun yg kamu inginkan.”

“maksudmu?”

“tak ada”.

Aku sengaja merahasiakan perasaanku terhadapnya. Karena aku tau, tak ada kata “ya” saat aku menyatakan perasaanku nanti. dia tak mau pacaran, dan dia benci seorang kekasih, ntah apa alasannya.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Embun pun terlelap kelelahan di sampingku.

“embun,,,, embun,,,,,, bangun embun,, sekarang sudah pagi. Katanya mau melihat embun, ayo bangun” pujukku,, tapi tak kudengarkan sahutan darinya.

“ayolah embun, bangun. Jangan terlelap terlalu lama…” aku mulai resah, apa yg terjadi. Kurasakan dingin tubuhnya, tapi aku menepis fikiran negatif ku. Mungkin saja dingin ini berasal dari embun pagi.

“embun sayang,, ayo bangun. Jangan buat aku khawatir”. Lagi lagi tak kudengarkan sahutannya. Tubuhnya pucat, dingin, kaku,,. Aku mencoba membawanya kerumah sakit dengan usahaku sendiri. Dan,,, “ kami sudah melakukan semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain. Embun sudah menghadap sang pencipta” itulah kata-kata dokter yg memeriksa embun yg membuat aku bagai tersambar petir. Aku lemah, jatuh, dan merasa bersalah. Kalau tak karena aku yang mengajaknya ke taman, mungkin tak kan seperti ini. Ya Tuhan, kenapa ini terjadi… aku tak sanggup.
***

Beberapa bulan kemudian….
Aku temui surat berwarna biru dan ada gambar embun di surat itu.

Teruntuk reivan alghibran
Embun…
Titik titik air bening yg jatuh dari langit
Dan membasahi kelopak bunga yg aku sukai.
Aku ingin seperti embun, yg bisa hadir di hati orang
Yg menyayanginya. Tapi aku tak menemui siapa orang itu???

Rei … makasih ya, dalam waktu terakhirku, kamu bisa menjadi embun di hatiku. Dan tak kan pernah aku lupakan itu. Rei,, maaf kalau sebenarnya aku suka sama kamu. Aku sengaja tak mengungkapkannya, karena aku tau.. sahabat lebih berharga di banding kekasih.

O ia rei,,, tolong rawat taman kita ya,, aku gak mau dia layu karena tak ada yg memperhatikannya lagi. Karena taman itu adalah tempat pertemuan kita pertama dan terakhir kalinya.
sekali lagi,, makasih dah jadi embun selama aku hidup dan tolong,, jadiin aku embun di hatimu ….

salam manis… embun azzula.

“Embun,,,kamu tau, pertama aku kenal kamu, kamu telah menjadi embun dihidupku, yang menyejukkan hatiku. Dan kamu adalah butiran bening yang selalu buat aku tersenyum, seperti embun yang selalu buatmu tersenyum.

Taman ini, bukan aku yg akan merawatnya, tapi kita. Dan taman ini tak akan pernah mati, karena kamu selalu ada di sini, di sini rumah mu.” Kalimat terakhirku ketika meletakkan setangkai bunga mawar yg aku ambil dari taman di atas pusaranya. Pusara yg terletak di tengah-tengah taman embun. Dan kunamai taman itu dengan nama EMBUN. embun.. yang tak kan pernah mati…

sahabat cintaku

Kamu, orang yang membuatku nyaman, dan bahagia. Selalu menjagaku tanpa lelah. Tetapi rasa ini sungguh menyiksaku, menunggu kepastian tanpa balasan. Dia sahabatku, tapi dia juga nafasku, dia Dicky Aprilio. Sejak pertama aku kenal dia, tatapannya itu masih teringat jelas di memoriku, senyumannya membuatku tenang dan damai  dia selalu menjagaku kapanpun dan dimanapun, setiap aku down dia selalu memegang erat tanganku dan membuatku bangkit lagi.

Mungkin aku terlalu egois terlalu berharap untuk memilikinya, tapi aku tak bisa selalu berpura-pura untuk tidak mencintainya. Tapi disisi lain kalau emang kita jadian aku TAKUT, aku sangat takut kehilangan dia, aku gamau dia hilang dari mata dan hatiku. Tapi di sisi lain juga aku pengen banget milikkin dia, supaya semua orang tau dia milik aku bukan milik orang lain.

Aku selalu menahan rasa sakit ini ketika teman-temanku menanyakan kedekatan ku dengan dicky selama ini, aku sakit ketika aku harus bilang “ bukan, dia hanya temanku.” Dan merekapun menjawab “padahal udah cocok banget, jadian aja.” Aku hanya membalas dengan senyuman. Tapi perlahan masalah itu sudah menjadi hal yang biasa untukku. Karna Dicky mengajarkanku untuk bertindak dan bersikap yang dewasa. Aku ga berani bilang Dicky adalah segalanya buat aku, karna aku takut segalanya aku hilang.

Aku berusaha menjadi wanita yang dewasa yang ingin selalu berfikiran positif, jadi aku kadang berpikir kalau hubungan aku sama Dicky sekarang jauh lebih bahagia  aku takut jika kita pacaran lalu putus dan gak bisa deket lagi, mending betemen kaya sekarang dan dia gak akan ninggalin aku, kecuali dia mempunyai cintanya yang baru.

D-I-C-K-Y seseorang yang paling berharga buat aku sekarang, andaikan aku mampu berkata di depannya bahwa aku sayang dia dan gamau kehilangan dia mungkin aku akan jauh lebih tenang, tapi beberapa kali aku mencoba untuk mengatakannya malah yang ada hanya gemetaran yang ku rasa, mungkin belum saatnya aku berkata seperti itu.

Tawa dan candanya adalah warna di hidupku, aku tak ingin semuanya berlalu begitu cepat. Dicky juga adalah salah satu alesan yang membuatku betah di masa SMA yang dulu yang aku anggap biasa aja. Aku sekarang masih duduk manis di sampingnya menjadi teman biasa, entah akankah posisi itu berubah, akupun tak tahu 

cinta pada sebuah mimpi

Dialah Tiara atau biasa dipanggil Ara. Cantik, manis, dan pintar. Andre terkadang merasa minder apabila berada di dekat Tiara. Andre bisa dibilang beruntung sekali bisa dekat dan akrab dengan Tiara. Meskipun Andre agak telmi tapi Tiara tidak pernah bosan untuk memberikan advice atau nasehat-nasehat yang membuat Andre semangat dan bangkit kembali. Duh, Tiara di mata Andre adalah sebagai guru sekaligus cewek ‘super’. Belum ada yang bisa menandingi Tiara. Baru kali ini kayaknya Andre bisa menilai sosok cewek yang betul-betul baik dan sempurna. “Kau begitu sempurna di mataku kau begitu indah…..” begitu Andre menyanyikan lagunya Andra and The Backbone setiap Andre menghayalkan sosok Tiara di kamarnya.Sampai tidak terasa sudah setahun persahabatan mereka berdua, tanpa disadari ada perubahan dalam diri Andre. Tiara bukan saja sebagai teman. Tapi lebih dari itu. Entah darimana awalnya perasaan itu. Atau seringnya kebersamaan dapat menimbulkan cinta?

“Bisa juga begitu Ndre” kata Jo suatu ketika mereka bertemu, ”karena sering bertemu bisa menimbulkan cinta. Tapi apa kamu nggak takut kalau persahabatan kamu rusak gara-gara cinta?” Jo mencoba memberi pandangan.

“Iya juga tapi mau bagaimana lagi Jo? Cinta kan nggak bisa ditahan kapan mau datangnya?”

“Benar, Ndre, kamu tahu nggak? Cinta adalah api yang dingin. Siapa yang mendekatinya tidak akan terbakar tetapi tertangkap”

“Huu, omonganmu seperti profesor. Lagi encer, ya pikiran kamu?.”

“Iya dong, memangnya kamu, Ndre! Tahunya cuma pacaran doang. Nggak tahu makna sebenarnya apa itu cinta ”

“Halah Jo….ini juga kamu lagi kadang-kadang pinternya. Cuma gara-gara tadi makan bakso Malang aja, kan mangkanya pikiran kamu encer?”

“Hahaha….!” Keduanya tertawa bersama melepas kejenuhan.

Hari itu Andre merasa gelisah. Entah kenapa Tiara begitu kuat melekat dalam pikirannya. Andre mencoba untuk bersikap biasa seperti hari-hari sebelumnya. Huh, tetap tidak bisa juga. Sampai suatu ketika ada yang tidak beres terjadi pada Tiara. Tadi dia menelpon Andre dan cerita panjang lebar tentang perlakuan Toto. Andre panas mendengarnya, Andre cemburu. Berani-beraninya Toto nggodain Tiara. Menyakiti Tiara. Dalam kamus Andre adalah jangan sampai Tiara disakiti oleh siapapun.

“Kamu tenang ya, Ra” bujuk Andre kepada Tiara. “Kamu gak usah terlalu sedih begitu. Kan masih ada aku”

“Iya, makasih Ndre” Terdengar isak tangisnya tersendat-sendat dari seberang sana. Andre semakin trenyuh mendengarnya.

Dimatikannya handphone. Dipikirkannya baik-baik cara membalas sakit hati Tiara. Hmm….Andre sudah gelap mata. Tangannya mengepal keras. Dan benar keesokan harinya Tiara mendengar kabar Toto sudah berada di rumah sakit. Mukanya babak belur, matanya bengkak, hidungnya berdarah dan masih banyak lagi. Tapi mengapa tiba-tiba Tiara datang ke rumah Andre malah melabraknya habis-habisan. Tiara marah besar kepada Andre.

“Pokoknya aku nggak mau menganggap kamu sahabat aku lagi. Aku nggak mau meliat kamu lagi, Ndre. Kamu jahat!” begitu ancaman Tiara sambil meninggalkan Andre.

Andre bingung. Belum sempat Andre bertanya kenapa, Tiara sudah pergi meninggalkan Andre. Aduh, ada apa dengan Tiara? Kok tiba-tiba marah seperti itu. Tidak biasanya Tiara semarah itu. Hancur sudah. Semua kenangan manis waktu bersama Tiara musnah. Tidak ada lagi cewek ‘super’ dalam diri Andre. Tidak ada lagi cewek cantik sekaligus guru dalam diri Andre. Sampai-sampai Andre mendengar kabar Tiara pacaran dengan Toto.

“Pantas saja Tiara marah besar. Rupanya Tiara nggak rela kalau Toto aku labrak?” bisik hati Andre.

Bertambah pilu hati Andre. Hilang harapannya untuk mendapatkan Tiara. “Kenapa dulu tidak aku ungkapkan saja perasaan cintaku pada Tiara?” Sekarang Andre sudah benar-benar merasa kehilangan. pegangan.

Sejak itu Andre menjadi banyak melamun. Apalagi ketika berpapasan dengan Tiara di jalanpun Tiara cuek saja. Seakan-akan tidak pernah mengenal Andre. Andre cuma bisa menatap Tiara dari kejauhan. Tanpa bisa menggandeng lagi tangannya, tanpa bisa lagi bercanda dengan Tiara. Gone with the wind. Terbang bersama angin.

Siang itu matahari begitu terik. Biasanya siang hari begini terasa begitu sejuk karena waktu itu berjalan bergandengan tangan bersama Tiara. Sambil bercanda bersama sepanjang jalan. Terasa sekali Andre kini sendiri. Entah sampai kapan sendiri itu terus berlanjut.

Tiba-tiba Lamunan Andre buyar ketika di hadapannya telah hadir lima orang anak muda. Wajahnya sangar. Tubuhnya tinggi tegap.

“Heh, kamu Andre, ya?” tanya salah seorang dari mereka. Andre mengangguk. Belum sempat Andre bertanya apalagi berpikir wajahnya sudah dihajar. Bak ! Buk! Brak! Aduh! Auw!. Huh, five in one!. Tidak tanggung-tanggung lima lawan satu. Jelas sekali Andre sekarang yang babak belur. Masuk rumah sakit. Sepi. Sunyi. Dimana-mana serba putih termasuk perban di wajahnya. Hmm, kasihan Andre. Kini hanya bisa tergolek lemah tak berdaya. Cuma ada seseorang wanita yang rajin menemani Andre yaitu Retna. Teman sekelas Andre. Setiap waktu Retna yang selalu menemani Andre sambil membawa segala macam makanan dan buah-buahan. Cerita sana-sini untuk menghibur Andre.

Tiba-tiba timbul dalam hati Andre cewek super selain Tiara. Betulkah Retna cewek super pengganti Tiara? Retna yang selalu menemani Andre di saat Andre menderita, Retna yang selalu bercerita tentang mimpi-mimpi indah, tentang apa itu cinta. Ya, Retna yang telah menemukan Andre dalam keterasingan. Dalam ketakberdayaan. Dalam kesendirian.

“Makasih ya, Na, kamu sudah menyempatkan waktu buat menemaniku” suara Andre lemah. Sambil menahan sakit di bibirnya yang pecah terkena bogem mentah lima pemuda tempo hari.

“Ah, nggak usah sentimentil begitu. Aku ikhlas kok. Bukan saja karena aku sayang kamu, tapi karena aku hanya ingin menjadi orang yang kamu butuhkan di saat apapun” suara Retna serak karena tertahan oleh air mata yang membasahi pipinya.

“Maafkan aku Na, aku sudah tidak mempedulikan kamu selama ini?” kata Andre sambil menyeka air mata Retna dengan telapak tangannya.

“Tidak apa apa, Ndre. Aku menyadari itu. Kamu tidak mencintaiku”

Mata Andre basah. Dipandanginya Retna. “Dalam bening bola matamu, kau pandang aku, dalam putihnya hati kita, entah aku yang membutuhkanmu atau kamu yang mencintaiku?” hati Andre terus bergumam. Menilai-nilai apakah Retna telah hadir untuk mengusir kesepiannya, untuk mengisi relung hatinya yang paling dalam…?

Beruntung Andre cepat sembuh. Seperti biasa Andre berangkat ke sekolah namun tiba-tiba matanya menangkap dari kejauhan Toto dan komplotannya petentang-petenteng. Semakin angkuh sambil menggandeng Susi. “Cewek mana lagi tuh yang digandeng Toto?” Bisik hati Andre. Pikirannya langsung tertuju kepada Tiara. jangan-jangan telah terjadi sesuatu terhadap Tiara. Terus berkecamuk. Gelisah. Hingga jam istirahat Andre memintak ijin untuk pulang sekolah lebih cepat. Dan langsung ke rumah Tiara.

Sampai disana benar juga telah terjadi sesuatu. Kelihatan Tiara habis menangis. Matanya merah, basah oleh air mata.

“Toto sudah mutusin aku, Ndre” suara Tiara sambil menangis. Andre sedih mendengarnya. “Aku terlalu bermimpi” kata Tiara kembali. “Padahal aku nggak tahu cara-cara meraih mimpi. Dulu aku terlalu menaruh harapan-harapan manis kepada Toto, hingga aku tega meelupakan kamu, Ndre. Sekarang aku menanggung akibatnya. Kamu dulu pernah memberikan pelajaran bagaimana caranya meraih mimpi tapi aku yang bodoh tidak mau menuruti kata-kata kamu. Sekarang pasti kamu nggak mau menerima aku lagi. Iya kan, Ndre?”

Andre kebingungan. Baru kali ini Andre melihat Tiara menangis. “Ra, aku nggak pernah melihat matamu menangis saat kamu menatap angkuhnya dunia, bibirmu tak pernah berucap sesal saat kamu hadapi berjuta kegetiran. Namun sepenggal cinta telah mampu mengoyakkan indahnya matamu hingga kering airmata, sepenggal cinta telah mampu menggetarkan bibirmu untuk berucap cinta”

Tangan Andre memeluk erat tubuh Tiara. Ada rasa rindu bergelayut dalam dadanya. Ada rasa kangen bersemayam dalam hatinya. Pikirannya dipenuhi seribu tanya sejuta bimbang. Tiba-tiba terbayang wajah Retna. Cewek ‘super’ yang selalu menemani Andre saat Andre mengalami kesusahan, yang selalu memberi semangat saat Andre patah semangat. Sekarang Andre dihadapkan kembali pada sosok diri Tiara, cewek ‘super’ yang sudah pertama kali sanggup membuat Andre uring-uringan. Apa benar cinta sejati datang pada saat cinta pertama, dan cinta selanjutnya adalah cinta yang dibuat dengan perhitungan? Sekarang Andre dituntut oleh dua kenyataan. Tiara dan Retna. Mereka sama-sama cewek ‘super’. Sama-sama memberikan kesan manis. Sekarang Andre yang merasa bodoh. Andre tidak mampu meraih mimpi-mimpi manisnya. Andre tidak punya lagi guru yang super yang bisa mengajarkan bagaimana caranya meraih mimpi, bagaimana caranya meraih harapan-harapan manis. Andre tidak mampu…

sebuah janji

Bel istirahat akan berakhir berapa menit lagi. Wina harus segera membawa buku tugas teman-temannya ke ruang guru sebelum bel berbunyi. Jabatan wakil ketua kelas membuatnya sibuk seperti ini. Gubrak…. Buku-buku yang dibawa Wina jatuh semua. Orang yang menabrak entah lari kemana. Jangankan menolongnya, meminta maaf pun tidak.

“Sial! Lari nggak pakek mata apa ya...” rutuk Wina. Dengan wajah masam ia mulai jongkok untuk merapikan buku-buku yang terjatuh. Belum selesai Wina merapikan terdengar langkah kaki yang datang menghampirinya.

“Kasian banget. Bukunya jatuh semua ya?” cemoh seorang cowok dengan senyum sinis. Sejenak Wina berhenti merapikan buku-buku, ia mencoba melihat orang yang berani mencemohnya. Ternyata dia lagi. Cowok berpostur tinggi dengan rambut yang selalu berantakan. Sumpah! Wina benci banget sama cowok ini. Seumur hidup Wina nggak bakal bersikap baik sama cowok yang ada di depannya ini. Lalu Wina mulai melanjutkan merapikan buku tanpa menjawab pertanyaan cowok tersebut.

Cowok tinggi itu sepintas mengernyitkan alisnya. Dan kembali ia tercenung karena cewek di depannya tidak menanggapi. Biasanya kalau Wina terpancing dengan omongannya, perang mulut pun akan terjadi dan takkan selesai sebelum seseorang datang melerai.

Teeeett… Bel tanda berakhirnya jam istirahat terdengar nyaring. “Maksud hati pengen bantu temen gue yang jelek ini. Tapi apa daya udah keburu bel. Jadi sori nggak bisa bantu.” ucap cowok tersebut sambil menekan kata jelek di pertengahan kalimat.

Cowok tersebut masih menunggu reaksi cewek yang ada di depannya. Tapi yang ditunggu tidak membalas dengan cemohan atau pun ejekan. “Lo berubah.” gumam cowok tersebut lalu berbalik bersiap masuk ke kelasnya. Begitu cowok itu membalikkan badannya, Wina yang sudah selesai membereskankan buku mulai memasang ancang-ancang. Dengan semangat 45 Wina mulai mengayunkan kaki kanannya kearah kaki kiri cowok tersebut dengan keras.

“Adooooww” pekik cowok tersebut sambil menggerang kesakitan.

“Makan tuh sakit!!” ejek Wina sambil berlari membawa buku-buku yang tadi sempat berserakan. Bisa dibayangkan gimana sakitnya tuh kaki. Secara Wina pakek kekuatan yang super duper keras. Senyum kemenangan menghiasi di wajah cewek tinggi kurus tersebut.

***

“Wina….”

Wina menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ternyata dari kejauhan Amel teman baiknya sejak SMP sedang berlari kearahnya. Dengan santai Wina membalikkan badannya berjalan mencari motor matic kesayangannya. Ia sendiri lupa dimana menaruh motornya. Wina emang paling payah sama yang namanya mengingat sesuatu. Masih celingak-celinguk mencari motor, Amel malah menjitak kepalanya dari belakang.

“Woe non, budeg ya? Nggak denger teriakan gue. Temen macem apaan yang nggak nyaut sapaan temennya sendiri.” ucap Amel dengan bibir monyong. Ciri khas cewek putih tersebut kalo lagi ngambek.

“Sori deh Mel. Gue lagi bad mood, pengen cepet pulang.”

“Bad mood? Jelas-jelas lo tadi bikin gempar satu kelas. Udah nendang kaki cowok ampe tuh cowok permisi pulang, nggak minta maaf lagi.” jelas Amel panjang lebar.

“Hah? Sampe segitunya? Kan gue cuma nendang kakinya, masak segitu parahnya?” Wina benar-benar nggak nyangka. Masa sih keras banget? Tuh cowok ternyata bener-bener lembek, pikirnya dalam hati.

“Nendang sih nendang tapi lo pakek tendangan super duper. Kasian Alex lho.”

“Enak aja. Orang dia yang mulai duluan.” bantah Wina membela diri.

Sejenak Amel terdiam, lalu berlahan bibirnya tersenyum tipis. “Kenapa sih kalian berdua selalu berantem? Masalahnya masih yang itu? Itu kan SMP. Dulu banget. ” ujar Amel polos, tanpa bermaksud mengingatkan kejadian yang lalu. “Lagi pula gue udah bisa nerima kalo Alex nggak suka sama gue.”

“Tau ah gelap!”
***

Bel pulang berbunyi nyaring bertanda jam pelajaran telah usai. Cuaca yang sedemikian panas tak menyurutkan niat para siswa SMA Harapan untuk bergegas pulang ke rumah. Wina sendiri sudah membereskan buku-bukunya. Sedangkan Amel masih berkutat pada buku catatanya lalu sesekali menoleh ke papan tulis.

“Makanya kalo nulis jangan kayak kura-kura.” Dengan gemas Wina menjitak kepala Amel. “Duluan ya, Mel. Disuruh nyokap pulang cepet nih!” Amel hanya mendengus lalu kembali sibuk dengan catatanya.

Saat Wina membuka pintu kelas, seseorang ternyata juga membuka pintu kelasnya dari luar. “Eh, sori..” ucap Wina kikuk. Tapi begitu sadar siapa orang yang ada di depannya, Wina langsung ngasi tampang jutek kepada orang itu. “Ngapaen lo kesini? Masih sakit kakinya? Apa cuma dilebih-lebihin biar kemaren pulang cepet? Hah? Jadi cowok kok banci baget!!!”

Jujur Alex udah bosen kayak gini terus sama Wina. Dia pengen hubungannya dengan Wina bisa kembali seperti dulu. “Nggak usah cari gara-gara deh. Gue cuma mau cari Amel.” ucap Alex dingin sambil celingak celinguk mencari Amel. “Hey Mel!” ucap Alex riang begitu orang yang dicarinya nongol.

“Hey juga. Jadi nih sekarang?” Amel sejenak melirik Wina. Lalu dilihatnya Alex mengangguk bertanda mengiyakan. “Win, kita duluan ya,” ujar Amel singkat.

Wina hanya benggong lalu dengan cepat mengangguk. Dipandangi Amel dan Alex yang kian jauh. Entah kenapa, perasaanya jadi aneh setiap melihat mereka bersama. Seperti ada yang sakit di suatu organ tubuhnya. Biasanya Alex selalu mencari masalah dengannya. Namun kini berbeda. Alex tidak menggodanya dengan cemohan atau ejekan khasnya. Alex juga tidak menatapnya saat ia bicara. Seperti ada yang hilang. Seperti ada yang pergi dari dirinya.
***

Byuuurr.. Fanta rasa stowberry menggalir deras dari rambut Wina hingga menetes ke kemeja putihnya. Wina nggak bisa melawan. Ia kini ada di WC perempuan. Apalagi ini jam terakhir. Nggak ada yang akan bisa menolongnya sampai bel pulang berbunyi.

“Maksud lo apa?” bentak Wina menantang. Ia nggak diterima di guyur kayak gini.

“Belum kapok di guyur kayak gini?” balas cewek tersebut sambil menjambak rambut Wina. “Tha, mana fanta jeruk yang tadi?” ucap cewek itu lagi, tangan kanannya masih menjambak rambut Wina. Thata langsung memberi satu botol fanta jeruk yang sudah terbuka.

“Lo mau gue siram lagi?” tanya cewek itu lagi.

Halo??!! Nggak usah ditanya pun, orang bego juga tau. Mana ada orang yang secara sukarela mau berbasah ria dengan fanta stroberry atau pun jeruk? Teriak Wina dalam hati. Ia tau kalau cewek di depannya ini bernama Linda. Linda terkenal sesaentro sekolah karena keganasannya dalam hal melabrak orang. Yeah, dari pada ngelawan terus sekarat masuk rumah sakit, mending Wina diem aja. Ia juga tau kalo Linda satu kelas dengan Alex. Wait, wait.. Alex??? Jangan-jangan dia biang keladinya. Awas lo Lex, sampe gue tau lo biang keroknya. Gue bakal ngamuk entar di kelas lo!

“Gue rasa, gue nggak ada masalah ama lo.” teriak Wina sambil mendorong Linda dengan sadisnya. Wina benar-benar nggak tahan sama perlakuan mereka. Bodo amat gue masuk rumah sakit. Yang jelas ni nenek lampir perlu dikasi pelajaran.

Kedua teman Linda, Thata dan Mayang dengan sigap mencoba menahan Wina. Tapi Wina malah memberontak. “Buruan Lin, ntar kita ketahuan.” kata Mayang si cewek sawo mateng.

Selang beberapa detik, Linda kembali mengguyur Wina dengan fanta jeruk. “Jauhin Alex. Gue tau lo berdua temenan dari SMP! Dulu lo pernah nolak Alex. Tapi kenapa lo sekarang nggak mau ngelepas Alex?!!”

“Maksud lo?” ledek Wina sinis. “Gue nggak kenal kalian semua. Asal lo tau gue nggak ada apa-apa ama Alex. Lo nggak liat kerjaan gue ama tuh cowok sinting cuma berantem?”

Plaakk.. Tamparan mulus mendarat di pipi Wina. “Tapi lo seneng kan?” teriak Linda tepat disebelah kuping Wina. Kesabaran Wina akhirnya sampai di level terbawah.

Buuugg! Tonjokan Wina mengenai tepat di hidung Linda. Linda yang marah makin meledak. Perang dunia pun tak terelakan. Tiga banding satu. Jelas Wina kalah. Tak perlu lama, Wina sudah jatuh terduduk lemas. Rambutnya sudah basah dan sakit karena dijambak, pjpinya sakit kena tamparan. Kepalanya terasa pening.

“Beraninya cuma keroyokan!” bentak seorang cowok dengan tegas. Serempak trio geng labrak menoleh untuk melihat orang itu, Wina juga ingin, tapi tertutup oleh Linda. Dari suaranya Wina sudah tau. Tapi Ia nggak tau bener apa salah.

“Pergi lo semua. Sebelum gue laporin.” ujar cowok itu singkat. Samar-samar Wina melihat geng labrak pergi dengan buru-buru. Lalu cowok tadi menghampiri Wina dan membantunya untuk berdiri. “Lo nggak apa-apa kan, Win?”

“Nggak apa-apa dari hongkong!?”
***

Hujan rintik-rintik membasahi bumi. Wina dan Alex berada di ruang UKS. Wina membaringkan diri tempat tidur yang tersedia di UKS. Alex memegangi sapu tangan dingin yang diletakkan di sekitar pipi Wina. Wina lemas luar biasa. Kalau dia masih punya tenaga, dia nggak bakalan mau tangan Alex nyentuh pipinya sendiri. Tapi karena terpaksa. Mau gimana lagi.

“Ntar lo pulang gimana?” tanya Alex polos.

“Nggak gimana-mana. Pulang ya pulang.” jawab Wina jutek. Rasanya Wina makin benci sama yang namanya Alex. Gara-gara Alex dirinya dilabrak hidup-hidup. Tapi kalau Alex nggak datang. Mungkin dia bakal pingsan duluan sebelum ditemukan.

“Tadi itu cewek lo ya?” ucap Wina dengan wajah jengkel.

“Nggak.”
 
“Trus kok dia malah ngelabrak gue? Isi nyuruh jauhin lo segala. Emang dia siapa? “ rutuk Wina kesal seribu kesal. Ups! Kok gue ngomong kayak gue nggak mau jauh-jauh ama Alex. Aduuuhh…

Alex sejenak tersenyum. “Dia tuh cewek yang gue tolak. Jadi dia tau semuanya tentang gue dan termasuk tentang lo” ucap Alex sambil menunjuk Wina.

Wina diam. Dia nggak tau harus ngapain setelah Alex menunjuknya. Padahal cuma nunjuk. “Ntar bisa pulang sendiri kan?” tanya Alex.
 
“Bisalah. Emang lo mau nganter gue pulang?”
 
“Emang lo kira gue udah lupa sama rumah lo? Jangan kira lo nolak gue terus gue depresi terus lupaen segala sesuatu tentang diri lo. Gue masih paham bener tentang diri lo. Malah perasaan gue masi sama kayak dulu.” jelas Alex sejelas-selasnya. Alex pikir sekarang udah saatnya ngungkapin unek-uneknya.
“Lo ngomong kayak gitu lagi, gue tonjok jidat lo!” ancam Wina. Nih orang emang sinting. Gue baru kena musibah yang bikin kepala puyeng, malah dikasi obrolan yang makin puyeng.
 
“Perasaan gue masih kayak dulu, belum berubah sedikit pun. Asal lo tau, gue selalu cari gara-gara ama lo itu ada maksudnya. Gue nggak pengen kita musuhan, diem-dieman, atau apalah. Pas lo nolak gue, gue nggak terima. Tapi seiring berjalannya waktu, kita dapet sekolah yang sama. Gue coba buat nerima. Tapi nggak tau kenapa lo malah diemin gue. Akhirnya gue kesel, dan tanpa sadar gue malah ngajakin lo berantem.” Sejenak Alex menanrik nafas. “Lo mau nggak jadi pacar gue? Apapun jawabannya gue terima.”
 
Hening sejenak diantara mereka berdua. “Kayaknya gue pulang duluan deh.” Ucap Wina sambil buru-buru mengambil tasnya. Inilah kebiasaan Wina, selalu mengelak selalu menghindar pada realita. Ia bener-bener nggak tau harus ngapaen. Dulu ia nolak Alex karena Amel juga suka Alex. Tapi sekarang?

“Besok gue udah nggak sekolah disini. Gue pindah sekolah.” Alex berbicara tepat saat Wina sudah berada di ambang pintu UKS.

Wina diam tak sanggup berkata-kata. Dilangkahkan kakinya pergi meninggalkan UKS. Meninggalkan Alex yang termenung sendiri.
***

Kelas masih sepi. Hanya ada beberapa murid yang baru datang. Diliriknya bangku sebelah. Amel belum datang. Wina sendiri tumben datang pagi. Biasanya ia datang 5 menit sebelum bel, disaat kelas sudah padat akan penduduk. Semalam Wina nggak bisa tidur. Entah kenapa bayangan Alex selalu terbesit di benaknya. Apa benar Alex pindah sekolah? Kenapa harus pindah? Peduli amat Alex mau pindah apa nggak, batin Wina. “Argggg… Kenapa sih gue mikir dia terus?”

“Mikirin Alex maksud lo?” ucap Amel tiba-tiba udah ada disamping Wina. “Nih hadiah dari pangeran lo.” Dilihatnya Amel mengeluarkan kotak biru berukuran sedang. Karena penasaran dengan cepat Wina membuka kotak tersebut. Isinya bingkai foto bermotif rainbow dengan foto Wina dan Alex saat mengikuti MOS SMP didalamnya. Terdapat sebuah kertas. Dengan segera dibacanya surat tersebut.

Dear wina,
Inget ga pertama kali kita kenalan? Pas itu lo nangis gara-gara di hukum ama osis. Dalam hati gue ketawa, kok ada sih cewek cengeng kayak gini? Hehe.. kidding. Lo dulu pernah bilang pengen liat pelangi tapi ga pernah kesampaian. Semoga lo seneng sama pelangi yang ada di bingkai foto. Mungkin gue ga bisa nunjukin pelangi saat ini coz gue harus ikut ortu yang pindah tugas. Tapi suatu hari nanti gue bakal nunjukin ke lo gimana indahnya pelangi. Tunggu gue dua tahun lagi. Saat waktu itu tiba, ga ada alasan buat lo ga mau jadi pacar gue.

“Kenapa lo nggak mau nerima dia? Gue tau lo suka Alex tapi lo nggak mau nyakitin gue.” sejenak Amel tersenyum. “Percaya deh, sekarang gue udah nggak ada rasa sama Alex. Dia cuma temen kecil gue dan nggak akan lebih.”

“Thanks Mel. Lo emang sahabat terbaik gue.” ucap Wina tulus. “Tapi gue tetap pada prinsip gue.”
Amel terlihat menerawang. “Jujur, waktu gue tau Alex suka sama lo dan cuma nganggep gue sebagai temen kecilnya. Gue pengen teriak sama semua orang, kenapa dunia nggak adil sama gue. Tapi seiring berjalannya waktu gue sadar kalo nggak semua yang kita inginkan adalah yang terbaik untuk kita.” senyum kembali menghiasi wajah mungilnya. “Dan lo harus janji sama gue kalo lo bakal jujur tentang persaan lo sama Alex. Janji?” lanjut Amel sambil mengangkat jari kelingkingnya.

Ingin rasanya Wina menolak. Amel terlalu baik baginya. Dia sendiri tau sampai saat ini Amel belum sepenuhnya melupakan Alex. Tapi Wina juga tak ingin mengecewakan Amel. Berlahan diangkatnya jari kelingkingnya.

“Janji..” gumam Wina lirih.

dari sebuah diary hati

   “Tak Kan Pernah Ada” masih mengalun dari MP3-nya Andre. Mulutnya ikut komat-kamit mengikuti irama lagunya Geisha. Hmm, kelihatannya Andre begitu menjiwainya. Kenapa nih anak jadi termehak-mehek begini ya? Memang ada yang lain dalam diri Andre. Setelah setahun persahabatannya dengan Rere berjalan. Susah senang dilaluinya bersama. Rere memang sahabat yang baik dan manis. Mang begitu kok kenyataannya. Bukannya Andre berlebihan dalam menilainya. Sahabat yang di saat duka selalu menghibur dan di saat suka selalu hadir tuk berbagi tawa. Rere pernah bilang kalo semua saran Andre selalu diturutin dan begitupun sebaliknya. Pokoknya di mana ada Andre di situ ada Rere. Begitulah hampir setiap ada kesempatan mereka selalu pergi bersama-sama. Gak ada pikiran yang “aneh”. Gak ada perasaan apa-apa termasuk cinta!.

               Tapi kenapa Rere sampai saat ini belum juga punya cowok ? Padahal kalo dipikir-pikir Rere gak sulit untuk mendapatkan cowok. Mang sih Rere adalah tipe cewek yang sulit jatuh cinta. Gak sembarangan Rere menilai seorang cowok. Ya memang, inilah yang membuat Andre takut. Takut perasaannya hanya akan menjadi permainan waktu semata. Waktu yang entah sampai kapan akan membuat Andre terombang-ambing oleh cinta. Apakah ini cinta? Ya, ini adalah cinta. It must have been love kata Roxette. Ah, Andre terus memendam perasaannya. Sampai-sampai suatu ketika Andre dikecam oleh perasaan cemburu. Perasaan yang dulu gak pernah ada kini muncul. Cemburu saat Rere menceritakan kalo ada cowok yang naksir padanya. Apakah cemburu pertanda cinta? Kata orang cemburu tidak mencerminkan rasa cinta tapi mencerminkan kegelisahan. Aduh, Andre makin ketar-ketir aja dibuatnya. Andre benar-benar gelisah. Lama-lama tersiksa juga batinnya. Ada keinginan yang harus diutarakan. Tentang masalah perasaan Andre yang gak karuan tentang Rere. Cuma gak ada keberanian. Andre takut kalo Rere membencinya. Ini gak boleh terjadi.

               Kemudian akhirnya Andre berusaha untuk melupakannya tapi gak bisa, malah rasa sayang yang semakin membara. Apakah salah kalo Andre ingin menjalin hubungan yang lebih hangat bukan hanya sebagai seorang sahabat? Hmm, Andre harus berani. Harus berani ambil segala resikonya.

               “Rere, aku mencintaimu” kata Andre akhirnya setelah sekian lama dipendamnya. “Aku akan serius ma kamu dan mau menyayangimu seutuhnya”.

               Ia pandangi wajah Rere. Gak ada amarah di wajahnya yang ada hanya tangis. Ups, Rere menangis. Andre makin bertanya-tanya. Baru kali ini Andre melihat Rere menangis.

               “Kenapa Re? Apa kata-kata ku nyakitin perasaan kamu?”

               Rere menggeleng. Sambil masih terisak ia coba menjelaskan ke Andre. Andre siap mendengarkan jawaban Rere. Apapun itu meskipun kata “tidak” sekalipun. Dan benar juga, kata tidak yang terlontar dari mulutnya. Ya, Andre harus menerimanya. Sepeti kata Eric Segal dalam bukunya, “Cinta berarti kamu takkan sekali saja melafalkan kata sesal”. Rasanya dada terasa mau jebol, gerimis serasa hujan badai. Sepinya malam itu terasa lebih sunyi seolah hanya mereka berdua saja di alam ini. Tak ada suara hewan atau serangga yang meramaikan bumi.

               “Maafin aku ya, Ndre?” tangan Rere menggenggam jemari Andre. Andre terdiam. “Kamu pasti kecewa ma jawabanku, ya? Tapi itu bukan berarti aku gak ada ‘rasa’ ma kamu. Aku hanya takut perasaan ini hanya ilusi aja”.

               “Re, Jika cinta ini beban biarkan aku menghilang. Jika cinta ini kesalahan biarkan aku memohon maaf. Jika cinta ini hutang biarkan aku melunasinya. Tapi jika cinta ini suatu anugerah maka biarkanlah aku mencintai dan menyayangimu sampai nafas terakhirku” Andre tetap gak yakin akan perasaannya. Andre merasa Rere akan meninggalkannya selamanya. Kemudian dipeluknya Rere erat-erat. Dibelainya rambutnya dengan penuh kasih sayang.

               “Aku gak mau kehilangan sahabat yang begitu baik” kata Rere masih dalam pelukan Andre. “Biarlah hubungan kita tetap terjalin bebas tanpa terbatas ruang dan waktu. Lagipula perjalanan cinta kita nantinya bakal abadi, atau malah putus di tengah jalan? Persahabatan bisa jadi awal percintaan tapi akhir dari suatu percintaan kadang malah menjadi permusuhan. Dan aku gak mau itu terjadi pada kita, Ndre”

               Andre mulai merenungi kata-kata Rere. Dilepaskannya pelukannya kemudian dipandanginya wajah Rere dalam-dalam. Ternyata Andre masih bisa menikmati senyum manis Rere. Masih bisa merasakan sejuknya tatapan Rere. Ia gak mau kehilangan semuanya itu.

               “Aku rela menjadi lilin walau sinarnya redup tapi gak habis dimakan api bisa memberi cahaya dan menerangi hatimu” kata Andre sambil menyeka air mata di pipi Rere.

               “Iya, Ndre. Soalnya hati hanya dapat mencintai sekejap. Kaki cuma bisa melangkah jauh dan lelah. Busana tak selamanya indah dalam tubuh. Tapi memiliki sahabat sepertimu adalah keabadian yang tak mungkin kulupakan” begitu pinta Rere disambut senyum Andre. Mereka saling berpelukan lagi. Tanpa beban tanpa terbatas ruang dan waktu. Hmm… apa bisa Andre menyimpan rapat-rapat perasaannya berlama-lama ? Only time will tell…

jangan pergi

Hari semakin berlalu, meninggalkan semua kisah yang ada , menjalani hari-hari tanpa kehadiranmu , meninggalkan canda dan tawa , kini tak ada lagi canda dan tawa’nya yang selalu menghiasi hariku. senyummu , wajahmu, candamu , kini hilang begitu saja ~ jika waktu bisa diputar kembali. Mungkin aku sudah memutarnya~ tapiii… ini mustahil , ini tak mungkin !

          “ bella, “ panggil suara dari arah tempat duduk belakang .
          “kenapa din?” sahut bella agak malas
          “Jangan murung terus dong bella, gue tau kok lo pasti masih sedih dan gue tau kok lo emang sayang sama avi. Tapi dia gak mungkin balik lagi. Lo tau kan? penyesalan emang selalu datengnnya di akhir cerita dan gak pernah di awal . jadi , jangan nyesel kalo dulu lo nyia-nyiain cintanya dia, dan sampe2 dia pergi , baru lo sdar semua itu, lo cintakan sama avi..?’’ Tanya dina ingin tau
          “iya, iya, gue emang salah. Lagian dlu gue sama dia itu awalnya kan Cuma care aja, sahabatan kaya biasa , sering curhat2an pula. Dia tuh iseng banget, jail, rusuh pokoknya serba nyebelin deh. Gue juga gak nyangka akhirnya bisa begini malah jadinya benci jadi cinta kan, gue juga gatau kenapa dia bisa jatuh cinta sama gue.” Yang gue tau, dia tuh sayang banget sama gue. lo tau kan?’’ tapii kenapa dia ninggalin gue kaya gini ? jawab bella dengan nada menyesal.
          Perbincangan mereka pun di akhiri karna bel masuk berbunyi. Bella adalah gadis yang cantik dan manis dia begitu periang. Tapi sebulan belakangan ini bella jarang banget tersenyum apalagi tertawa. Hanya kesedihan yang tampak di wajahnya………….

###
          Pagi ini tepat pukul jam 5.30 pagi , bella belum juga bangun dari tidurnya . jam beker kesayangannya sudah berdering kencang tapi bella belum saja bangkit dari tidurnya.
          “bella.. bella.. bangun sayang, udah pagi.” Teriak mama bella dari arah pintu . tapi bella tak juga bangun.
          “tok…tok…. Bella sayang, bangun nak. Kamu gak sekolah ?’’ diketuknya pintu kamar bella beberapa kali oleh mamanya.
          “iya maaah. Bella udah banguun ni.”
          “ayok cepat mandi dulu sanaa, sudah jam berapa ini? Kamu gak sekolah?” Tanya mama bella kepada anaknya .
          ‘‘iyaa…iya mah” di bukanya pintu kamarnya, dan bella segera menuju kamar mandi untuk siap-siap berangkat sekolah . mamanya yang sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk anak tersayangnya yang satu ini.
          “mah, bella berangkat ya.?” Pamit bella pada mamanya, bella pun mencium tangan mamanya.. dan itu adalah kebiasaannya sebelum berangkat pagi ke sekolah.
          “kamu gak makan dulu sayang, ?” Tanya mamanya .
          “udah mah nanti aja disekolah daa.. mah.” Bella mencium pipi kanan mama nya dan segera meninggalkan rumah . Mamanya tak lupa memberinya sekotak bekal makanan yang berisi cake stobery kesukaannya. Mamanya juga tak lupa menyelipkan uang jajan ke dalam tasnya. dan seperti biasa , ada kang dani yang selalu setia mengantarnya ke sekolah setiap pagi.

###
          Pelajaran pertama pun dimulai hari ini adalah pelajaran ibu rini guru sejarah yang selalu mengajar pada jam pertama. Konon nyatanya setiap guru ini mengajar tak ada satupun anak-anak yang mendengarnya karena dengan alasan guru ini neranginnya lama banget, ngebetein , dan ngomongnya udah kaya putri solo yang pengen di kawinin. (apa jadinya ya?) tapi inilah kenyataannya…
          “tok… tok….” Beberapa kemudian pintu kelas pun di ketuk.. di ikuti beberapa langkah kaki menuju ke arah bu rini yang sedang mengajar.
          Anak-anak 10-1 semua menatap kearah seseorang itu yang sedang berjalan menghampiri bu rini. Sesosok cowo ganteng tinggi, berkulit hitam manis, dan sangat khas dengan kedua lesung pipinya.. semua cewek yang berada di dalam kelas menjadi ricuh tak karuan. Sebagian cewek ada yang tiba-tiba merapikan rambutnya, membenarkan lipice di bibirnya seolah-olah mereka semua ingin tampak perfect di hadapan cowo ganteng yang satu ini. Tapi berbeda dengan bella , dia sama sekali tak merespon kedatangan cowok itu, dia malah bersandar wajah di meja dengan muka setengah mengantuk.
          “perhatian semuanya…. Jangan berisik harap tenang….. kita kedatangan teman baru yang berasal dari sekolah strada 2 ayo silahkan perkenalkan nama kamu nak.” Pinta bu rini kepada cowok satu ini
          “hai teman, perkenalkan nama gue Derian Rafael darmawangsa. Panggil aja gue afa. Asal sekolah gue dari ghoetoen 2. Alasan gue pindah kesini karna kerjaan orang tua gue . sekian perkenalkan dari gue.
          “EH… afaa… status lo sekarang apa?” hahahaha teriak salah satu cewek dari arah belakang .. yaitu lisa . dia adalah salah satu dari geng lolipop yang ganjen itu. dan dandanannya itu looh gak nahan bikin orang yang litanya ingin muntah. (bisa bayangin gak?).
          “Cieee…cieee” sorak anak-anak dari arah belakang.. afa yang masih berdiri kaku di depan kelas yang suasananya memang sedang ricuh hanya bisa menahan diri untuk tetap bertahan di depan kelas dengan banyak godaan teman-teman barunya itu.
          “status? Status gue sampe sekarang masih single.” Jawab afa singkat dengan sedikit senyuman yang manis dan lesung pipitnya itu yang khas.
          “aaa….. afa senyum sama gue firaaa. Yampun dia ganteng banget.” Kata lisa cewe ganjen yang satu itu. teman-teman se geng nya pun menyoraki mereka berdua.
          “silahkan kamu duduk di tempat duduk yang masih kosong di sebelah kiri pojok sana.” Pinta bu rini kepada afa. Afa pun segera menyelusuri arah tempat duduk itu.
          “hai, boleh gue duduk disini?” pinta afa kepada yang punya tepat duduk itu.
          “maaf yaa tempat duduk ini punya sahabat gue dina. Dia gak masuk sakit. Jadi lo duduk disana aja tuh di belakang.”bella menolaknya , dan Tunjuk bella kearah tempat duduk belakang.
          “sorry sebelumnya, gue maunya disini bareng sama lo.” Pinta afa ke pada bella
ternyata pemilik tempat duduk itu adalah bella. bella memang satu bangku dengan dina sahabatnya . tapi hari ini dina gak masuk dikarenakan sakit panas. Dan terpaksa deh bella harus duduk sendirian.
          “misalnya nanti sahabat lo masuk gue bakalan janji akan pindah tempat duduk. Kenalin gue afa. Nama Lo siapa? Diulurkan satu tangannya kearah bella.
          “bella.” Jawab bella singkat dan dingin.
          “okeh. Afa hanya memandangnya dengan senyuman khas ala lesung pipitnya yang manis itu.
Afa heran dengan sikap cewe yang satu ini sebut saja bella. Dari awal dia masuk kelas hanya cewek ini yang diam dan tidak bersuara sma sekali. Dan hanya cewek inilah yang tak terpesona melihatnya.

###
          Dua hari telah berlalu dina tak juga masuk sekolah pagi ini seperti biasa ada pelajaran sejarah bu rini yang bikin ngantuk.
          “haaaaaah ngantuk. Di taruhnya tasnya ke mejanya” keluh bella yang tumben datang pagi-pagi begini tak seperti biasanya. Paling dia datang juga pas-pasan bel masuk.
          “haii.. pagi..” sapa cowo satu ini yaitu afa.
          “iya pagi..” jawab bella seperti biasanya singkat padat dan jelas !
          “gue duduk sini ya.?” Pinta afa pada bella
          “ah, iya.. terserah lo .” jawab bella sinis
          “temen lo dina kemana ? udah dua hari dia gak masuk apa lo gak jengukin ?’’
          “bukan urusan lo. “ jawab bella sinis
          “kok lo sinis banget sih sama gue.? Gue itu kan nanya baik-baik.”
          “iya map, abisnya lo nyebelin.”
          “nyebelin?”
          “iya, nyebelin.. sok ganteng sok cool, sok perfect, sok keren.”
          “apa? “
          “gak usah kaget gitu deh . gue tau fans lo tuh udah pada dateng dari tadi pagi. Kemaren aja para fans lo nunggu di bangku gue sebelum lo dateng , sampe-sampe mereka pada mohon-mohon supaya gue pindah ketempat duduk belakang. Lo kira gue mau apa.? Makanya gue dateng pagi gini supaya mereka gak nongkrongin bangku gue lagi. Lagian bukan gue yang minta kan kalo akhirnya lo milih duduk sama gue.?”
Afa membatin. Dia sekarang mengerti mengapa bella akhir-akhir ini begitu sinis kepadanya.
          “lo cemburu?” Tanya afa ke arah bella
          “apa lu kata? Gue cemburu? Gak akan .” jawab bella sinis
          “lo tuh manis, jangan marah2 mulu kenapa. Biarin aja temen-temen lo bersikap seperti itu ke gue. Toh bukan urusan lo juga kan bel.”
          “iya,, iyaa.. gue ngerti ini bukan urusan gue. Tapi tempat duduk gue di H M in apa gue bakalan diem aja? Mereka seenaknya ngusir2 gue ke tempat duduk belakang?”
          “misalnya lo di usir. Gue bakalan tetep duduk di samping elo dimana pun elo duduk kalo perlu mereka yang gue usir.”
          Bella ternganga , dia tak percaya apa yang tadi di ucapkan oleh si afa anak baru itu.
          “apa? “ bella hanya ternganga melihat celotehannya si afa itu. bel tanda masuk pun berbunyi~
….
          “bel, pulang sekolah, main yuk. Gue anterin kemana pun lo mau pergi. oke.?” Pinta afa ke bella
          “gak, gue gak mau main. Gue mau pulang aja.” Jawab bella singkat
          “ayolaah sekali-kali bel please.’’ Pinta afa maksa kepadanya
          “ya ya ya sebentar aja ya…? Lo tau kan gue cewek . jadi gak boleh keluar malem …”
          “oke.” Afa tersenyum kearahnya dan mengangguk menyetujui.

          Setelah bel pulang berbunyi
          Bella segera membereskan buku-bukunya. Karna bel sekolah sudah berbunyi. Begitupun afa yang duduk di sebelahnya , sudah merapikan buku dan siap-siap pergi dengannya..
          “bel, ayok.” Di tarik satu tangannya bella dan mereka berdua pergi keluar kelas
          “sebentar ya.. motor gue di parkir disana. Lo tunggu sini.”
          “ya.” Bella pun mengangguk.
          Beberapa menit kemudian . terlihat dari kejauhan seorang cowok hendak menghampirinya dan ternyata cowok itu adalah afa. Dia emang bener-bener keren . apalagi motor gede yang dia kendarai nambah buat dia keren aja , dan tak lupa dengan helm hitamnya. Dan emang faktanya dia bener2 keren abis.
          ‘’cepet naik.” Suruh afa ke bella
          Semua mata hendak tertuju padanya dan memandang mereka dengan Nampak iri. Afa memang anak baru di sekolahnya. Dan kononnya dia anak tunggal pemilik perusahan terkenal di Jakarta meskipun begitu dia tak pernah sombong. Kesekolah pun tampil apa adanya. Apalagi afa memang sedang hangat di bicarakan oleh cewek-cewek satu sekolahn mereka.
          “lo liat gak mereka pada mandang kita kaya gitu fa. Sinis banget.”
          “mereka iri sama lo, udah diemin aja. Pakai helm nya dan pegangan.”
          “GAK GAK MAU apa? Pegangan sama lo? Gak deh…… baru naik motor gede lo ini aja gue udah di liatin sama banyak mata, apalagi pegangan sama lo. Bisa-bisa pas sekolah besok gue di MOP sama anak satu sekolah.’’
          “bisa diem gak sih. Udah pegangan. “ pinta afa pada bella
          “ish lo emang nyebelin.”
          “emang.!”
          Mereka berdua telah meninggalkan pekarangan halaman sekolah . setelah beberapa mereka jalan berdua , sampai lah mereka ke sebuah taman. Diparkirnya motor afa dekat pohon rindang dan besar. Di sudut2 taman-taman itu terdapat bunga matahari yang menjulang tinggi , indah.. dan sangat indah.. di sebelah bunga tersebut tampak gazebo ( saung2saungan untuk mereka berteduh).
          “fa, ngapain kita ke sini?” Tanya bella kea rah afa sambil memberikan helm nya.
          “main aja abisnya gue BT . lo tau kan rumah yang disana? Di sebrang sana? Itu rumah gue.” Bella menatap arah rumah itu. dan memang rumah itu tampak besar sekali. Bangunannya pun tertata rapi.
          “terus kenapa kita malah ketaman?”
          “abisnya gue suntuk bell di rumah sendirian terus. Bokap-nyokap sibuk sama kerjaannya. Rumah gue sepi. Jadi gue tuh gak betah. Oh iya gue lupa, mendingan kerumah gue dulu yuk ambil snack dan minuman.”
          “ya.. terserah lo aja..” mereka berdua menuju rumah afa. Begitu sampai di depan rumahnya tampak seorang penjaga depan rumah menghampiri afa. Dan segera membukakan pintu pagar rumahnya.
          “den afa,” sapa lelaki itu
          “baru pulang den?’’ Tanya pesuruh rumahnya itu
          “iya pak, oh iya taruh motor saya di garasi ya pak.”
          “baik den.” Pak sono satpam di rumahnya menganggukkan suhuran yang di pinta oleh majikannya itu.
          “bella, ayok masuk. Jangan heran kalo dirumah gue sepi Cuma ada bibi dan pak sono yang selalu ada di rumah.”
          “di bukanya pintu rumahnya.’’
          “den afa. Sapa bi inah pembantu di rumahnya.”
          “iya bi. Ambilin minum ya , sama snack nya saya mau ke taman. Oh ya bi ini temen saya bella. Kalo dia minta apa-apa layanin aja ya bi. Saya mau ke kamar dulu ganti baju.” Bi inah pun mengangguk
          “non bella mau minum apa non?” Tanya bi inah
          “gak usah repot-repot bi. “ jawab bella
          “gak boleh gitu non, non disini tamu. Saya ambilkan minum dingin aja ya non.”
          “Iya makasih bi, oh ya nama saya bella. Panggil aja bella ya bi, gak usah pakai non. Anggap saja saya seperti anak bibi.”
          “iya non. Eh bella.. tunggu sebentar ya bibi ambilkan airnya.”
          Afa pun keluar dari kamarnya dengan membawa bola basket kesayangannya.
          “bel, ini cake stobery buat lo.” Sama jus dinginnya ayok kita ke taman.”
          “oke fa.” Bella mengangguk
          “bi, saya ketaman dulu sama bella.”
          “iya den , bella ati-ati.”
          Setelah mereka sampai di taman
          “bel makan nih cake nya gue tau lo laper, aus iya kan..?’' bella hanya tersenyum manis
          Bella memandangi Rafael yang sedang asik bermain bersama bola basketnya setelah beberapa lama dia memandangi cowok itu. dia memang menyadari dan sepertinya baru sadar cowok di depan dia ini si afa dia begitu baik dan lembut, ganteng pula (dulu gue kemana aja) batin bella . bella tak pernah memandang cowo dari sebelah mata. Dia melihat cowo dari sifat dan kepribadiannya. Itu lebih penting baginya.
          Rafael menghampiri bella yang sedang duduk dan sedang asik makan cake stoberynya. Karna memang kesukaannya adalah cake stobery.
          “enak gak cake nya?”tanya afa pada bella
          “hem.. iya enak. Gue emang suka cake stoberry.” Sahut bella..
          “iya gue tau kok. Gue kan temen sebangku lo.. yaa walaupun baru beberapa hari ini, gue juga sering liat lo bawa bekel cake sama susu coklat. Kaya anak kecil aja ya.” Di acak-acaknya poni cewek satu ini , bella.
          “apasih afa… jangan iseng deh.” Oh iya lo gak mau ini cake nya?”
          ”udah lo aja” kembali afa menuju lapangan untuk bermain basket lagi
          Bella hanya diam membisu di ingat kembali masalalunya bersama cowok yang iya sayang yang tega begitu aja ninggalin dia . avi namanya. Avi yang selama ini selalu buat dia tersenyum justru senyuman itu mampu mengubahnya senyumannya 180 derajat menjadi tangisan . sifatnya yang dulu periang kini cepat bersedih kalo ingat soal mantannya avi. Tapi sekarang berbeda. Kini ada seseorang di depan matanya yang mampu mengembalikan jati dirinya selama ini, yaitu afa. Dia cowok yang baik dan care sama bella. Walaupun baru 3 hari afa duduk sebangku dengannya.
          “bell ayo dong main basket.”
          “gue gak bisa main basket tau.”
          “yaudah sini, gue tau lo gak bisa maen basket ketauan kok dari tampang lo begitu tadi ngeliatin gue . terpesona ya? Ahhaha..” afa tertawa pelan tapi meledek.
          “dih apaansih?” wajah bella terlihat memerah dan rona pipinya merah padam
          “bercanda kok bel yaudah coba lo masukin ke ring bola basketnya , tangan lo harus sejajar sama dahi lo. Pasti masuk kok.”
          “ih gak bisa gue gak bisa .”
          “coba, lo pasti bisa”
          Bella pun mencoba memasukkan basket itu ke ring. Dan nyatanya bola itu masuk. Setelah itu mereka pun bermain hingga larut sore. Di taman itu memang sepi. Hanya ada bunga-bunga matahari yang menjulang tinggi dan terik matahari dan jarang sekali pada jam-jam segini orang berlalu lalang dekat taman itu. apalagi taman itu tepatnya berada di perumahan dan Lapangan itu menjadi saksi bisu mereka berdua.


***
          Kring… kring… tanda ponsel berbunyi . dan ternyata ponselnya bella bertanda sms masuk.
          “bella, besok gue masuk. Gue udah sembuh.” Sms dina sahabatnya.
          Beberapa menit kemudian bella pun membalasnya.
          “iya din, besok kita bisa sebangku lagi.” Dengan gembiranya bella bisa duduk lagi bareng dina sahabatnya yang udah lumayan lama gak masuk sekolah karena sakit.
          “yah, gak bisa. Gue duduk sama lolla.. lo tetep duduk sma afa, anak baru itu.”
          “what ? kenapa din?.”
          “gue gak enak sama afa. Udah yaaa bay”
          Mereka segera mengakhiri percakapan mereka di sms. Hari ini adalah hari minggu dan biasanya bella lebih memilih untuk dirumah.
          Kring.. kringg….. tanda telepon berbunyi . dan ternyata nama di kontak nya itu afa . bella pun terkejut dia lupa kalau bella punya nomer telepon hp nya afa , dia ingat kalo afa pernah meminjam ponselnya saat di taman.
          “haloo…?”
          “iya kenapa fa?” Tanya bella malas
          “gue ganggu ya?”
          “enggak kok, ada apa emangnya?”
          “gue mau ngajak lo jalan. Mau gak?” pinta afa terhadap bella.
          “kemana?”
          “udah , nanti lo juga tau, kita ketemuan di sekolah ya? Karna gue gatau rumah lo . oke .. babay…”
          Bella segera mengakhiri percakapan singkat itu di ponselnya. Dia segera siap-siap untuk menuju ke sekolah dan pergi bersama afa. Sebenernya bella pun malas. Tapi karna hari ini adalah hari libur, jadi dia di bebaskan untuk pergi.
          “mah, bella pergi sebentar ya. Dah maah..”
          “ingat, jangan malem-malem pulangnya.” Pinta mamanya
          Setelah bella berpamitan , dan iya segera pergi menuju sekolah. Bella segera menuju sekolah dengan menggunakan bis , setelah beberapa menit iya menunggu bis tak juga datang.
          “hai.. apa kabar.” Sapa seorang lelaki yang berhenti tepat di depannya
          “iya?” bella tak mengenali lelaki ini karna dia memakai helm
          “mau kemana?” Tanya lelaki itu
          “mauu…. mau ke sekolah.” Jawab bella gugup.
          “bukannya ini hari minggu?” Tanya lelaki itu lagi kepadanya
          “maaf, anda siapa? Bisa tolong di buka helm nya?” pinta bella kepada lelaki itu
          “masa kamu gak kenal sama aku?”
          “tidak, aku gak tau.” Bella diam mencoba mengingatnya. Suaranya, sapaannya sepertinya dia mengenali sosok lelaki ini . tapi apakah diaa……………
          “aku avi. Ingat kan?” di bukanya helm itu
          Bella tercengang, diam dan membisu. Lelaki ini yang dulu pernah menyakiti hatinya kini dia kembali, dan kini lelaki ini berada tepat di depannya.
          “hei. Kok bengong. Haii,,” kembali sapa lelaki ini berulang kali
          “bella hanya diam dengan pandangan kosong ke arah lelaki ini
          “mau aku antar?”
          “gak usah .” jawab bela singkat
          “ayolah, dari pada nunggu bis kelamaan.. ayok bareng sama aku aja bella..” ajak avi kepadanya
          “baiklah, “ bella pun ikut dengannya dan segera pergi meninggalkan tempat itu
          “Mau diantar kemana?” Tanya avi kepadanya
          “di depan sekolah saja.” Pinta bella
          “oke, pegangan ya.. oh iya emang mau kemana?”
          “kamu gak perlu tau.” Jawab bella sinis
          “aku tau kamu marah ya sama aku kan.?”
          “enggak.” Jawab bella singkat
          “aku tau kamu marah. Mafin aku ya soal yang dulu-dulu itu.”
          “ya.” Mereka pun berhenti di tempat tujuan . yaitu depan sekolah bella
          Sebelum kedatangan bella, afa yang sudah lama menunggu di depan gerbang tadi melihat sinis kea rah mereka berdua. Bella pun turun dari boncengan avi. Bella sebenarnya ingin berlama-lama kepada cowok ini , avi. Tapi memingat dia pernah menyakiti hatinya bella jadi tak sudi berdekatan dengan cowo ini lagi. Serasa mereka sudah asing dan bahkan kaya gak pernah kenal.
          “hai fa, lama menunggu? Maaf tadi bis nya lama. Kebetulan ada avi temen ku. Kenalin fa.”
          “hai gue afa.”
          “ya gue avi.” Mereka berdua berjaba tangan
          “pacar baru kamu?” Tanya avi kepada bella
          “bukan urusan kamu lagi vi. Ayok kita pergi fa dari sini. Oh ya makasih vi udah nganterin aku sampe sini.”
          “oke, tapi tunggu dulu.” Teriak arvi kea rah mereka. Afa pun mematikan motornya
          “fa, boleh gue yang jalan sama bella?” pinta avi pada afa
          “hubungan kalian apasih sebenernya. Lagian gue udah ada janji sama bella.” Sahut afa
          “bukan apa-apa .” kata avi pada afa.
          “baiklah, terserah bella mau pergi dengan siapa. Biar dia yang menentukan.”
          “bella, sekarang kamu bilang mau pergi sama aku atau afa?”
          Ini adalah pilihan terberat bella mau pergi dengan siapa. Sebenernya sungguh dia kangen sekali dengan avi mantannya itu. 4 bulan ini mereka jarang sekali bertemu. Apalagi melihat perubahan di diri arvi yang tak begitu cepat berubah. Dia masih seperti dulu saat mereka bersama. Dia sopan, baik , tapi sungguh 4 bulan tak bertemu semenjak putus saat itu bella menemukan banyak perubahan.. avi masih tetep ganteng seperti dulu.
          “hemm, gue.. gue gatau.” Jawab bella
          “gue mohon sama lo bel, lo musti tentukan sekarang.” Pinta afa maupun avi
          “oke.. oke.. baik kalo itu mau kalian.”
          “gue pergi sama avi.”
          “baiklah, yaudah jagain ya vi bella nya. Walaupun gue ga tau hubungan kalian apa, tapi gue ngertiin ada kerinduan di mata kalian berdua. Oke. Gue pergi dulu.”
          Afa segera menancapkan gasnya sekencang mungkin . iya lupa memakai helm nya. Dan mungkin karna dia kecewa terhadap bella
          ‘‘mafin gue fa,” batin bella terhadap afa.
          “ayok naik, kita pergi.” pinta avi. Mereka pun pergi dan telah meninggalkan gerbang sekolah

…….
          Setelah beberapa jam di perjalanan mereka pun sampai
          “vi, ngapain kita kesini?” Tanya bella
          “sudah ayok masuk.” Mereka berhenti di sebuah puncak gunung tepatnya , dan di sana terdapat gazebo (saung-saungan) yang berdiri kokoh disana . di gazebo tersebut sudah di sediakan banyak makanan dan juga tempat duduk untuk mereka berdua. Sepertinya avi memang sudah menyediakan ini semua dan memang sengaja mengajaknya kesini.
          “vi, maksud kamu apasih dengan semua ini?” Tanya bella
          “yasudah, kamu makan dulu. Ngobrolnya nanti . aku tau kamu lapar karna kita kesini lebih dari satu jam perjalanan.”
          Mereka akhirnya makan . bella membatin sungguh perasaan ini bercampur senang, sedih bahkan rasa kangen selama 4 bulan ini tak bertemu kini hilang. Tapi mengapa pertemuan kali ini terasa biasa aja di hati bella? Mengapa tak ada getaran-getaran seperti dulu saat mereka bersama?
          “bella,” panggil avi padanya dan memegang kedua tangannya
          “ada apasih vi?” Tanya bella penasaran
          “aku ngajak kamu kesini karna aku ingin minta maaf sama kamu.” Avi mengeluarkan coklat dari sakunya
          “ini coklat kesukaan kamu. Tadi aku beli dekat supermarket rumah kamu. Abis aku beli coklat ini, aku sebenarnya ingin langsung kerumah kamu. Karna aku tau biasanya kamu kalau hari minggu begini, lebih milih di rumah. Itupun dulu kalo aku gak ngjak kamu jalan. Tadi setelah beli coklat ini aku lihat kamu di sudut jalan. Terus aku nyamperin kamu.”
          “iya makasih. Ternyata kamu masih ingat kesukaan aku.”
          “oh iya maafin aku ya selama ini.”
          “aku bilang aku udah maafin kamu vi.”
          “apa kamu masih sayang sama aku? Kamu mau kita balikan?” Bella terdiam sesaat dan kemudian dia melanjutkan omongannya.
          “avi, maafin bella , bella gak bisa balikan sama avi lagi , sama kamu. Kalo emang kamu sayang dan cinta sama bella, kenapa kamu baru datang ke aku sekarang. Sedangkan kita putus sudah lumayan lama, kamu tau? Kamu mutusin aku di saat sehari sebelum ultah ku. Padahal besoknya adalah hari terindahku, hari ulang tahun ku yang ke 14. Pada waktu hari itu tiba, aku pengen kamu ada di samping aku, nemenin aku. Tapii… apa nyatanya? Kamu gak ada, kamu pun gak ngucapin ke aku. Padahal Cuma kamu kado terindah saat ultah ku tiba.
          “mafin aku bella, aku sadar aku salah banget selama ini sama kamu. Aku udah nyia-nyiain kamu yang sayang sama aku. Aku pun begitu, aku sayang sama kamu. Tapi saat itu saat aku mutusin kamu. Aku dituntut oleh orang tuaku untuk pindah sekolah. Pindah ke pesantren. Dan aku tau besoknya ulang tahun kamu. Tapi apadaya? Pas aku sudah sampai di pesantren , gak ada yang bisa untuk hubungi kamu . HP ku juga di bawa sama mama , yang ada hanya telepon panti. Dan selama itu aku terpaksa mutusin kamu bella, aku gak mau kamu sedih nungguin aku. Waktu itu aku fikir kamu bakalan cepet dan bisa lupain aku. Dan kamu itu cantik. Aku kira kamu bisa dapet yang lebih dari aku. Dan sekarang aku di izinin buat ke Jakarta . karna di sana sedang ada ujian. Aku gak betah bella tinggal disana, jauh sama kamu. Aku juga terus mikirin kamu. Mama juga bilang bakalan masukin aku kesekolah kamu nanti. Kita bisa sama-sama lagi bella seperti dulu.”
“sekali lagi mafin aku , aku gak bisa. Kamu gak boleh vi kaya gini ngecewain mama kamu demi aku. Aku dulu emang sayang kamu. Tapi sekarang? Aku udah terlanjur sakit hati sama kamu. Aku nungguin kamu sampai sekarang mungkin karna aku ingin tau penjelasan kamu dan mungkin permintaan maaf dari mulut kamu. Dan sekarang, aku udah dapet ini semua. Mungkin kalo dulu kamu bilang jujur sama aku, gak akan jadinya begini. Aku bisa kok nungguin kamu . tapi apa? Kamu gak jujur sama aku. Setelah mutusin aku di hari sebelum ultahku, kamu menghilang begitu saja.. selama 4 bulan ini. Aku gak tau kabar kamu, di hubungin juga gak bisa. Dan sekarang aku tau kenapa.”
“iya, iya.. mafin aku.. aku tau aku salah. Aku disitu juga pusing , serba salah. Aku bingung. Jadi aku bertindak gitu aja tanpa mikir ke depannya. Aku tau bella aku salah.”
          “iya, iya kamu gak usah nyalain diri kamu kaya gini. Kita jalanin aja ya hidup kita masing-masing. Toh kalo kita jodoh. Pasti kita akan disatuin lagi. Ingat aku gak mau jadi beban kamu. Terimakasih selama ini kamu udah buat aku tegar.”
          “iya, mafin aku ya makasih juga kamu selama ini udah buat aku semangat dan kamu bukan beban buat aku ,tapi penyemangat aku.” 

***
          Pagi ini suasana begitu mendung tak seperti hari biasanya begitu cerah. Bella pagi-pagi gini sudah kesekolah . karna dia beniat untuk minta maaf soal kemaren sama afa. Di cobanya tadi malam nomernya afa disms, di tlp berkali-kali tidak aktif dan tidak bisa di hubungin sama sekali.
          “bella…” panggil dina sahabatnya
          “iya din.”
          “tumben amat udah dateng ? biasanya pas bel ataupun sesudah bel lo baru dateng? Hahaha.” Ejek dina pada bella sahabatnya
          ‘’iya din…”
          “lo kenapa sih? Gue salah ngomong ya? Kok murung gitu sih say?” Tanya dina menyelidiki
          “iya, lo liat afa gak? Kok jam segini dia belom dateng?”
          “afa? Gue gak liat. Bukannya dia mau pindah ya ke solo? jadi dia gak masuk.”
          “apa?” bella tersentak kaget
          “iya, masa lo gak tau sih. Kan konon katanya bokapnya pindah-pindah tempat tinggal terus , maklum lah namanya juga orang kaya. Dan rumahnya katanya juga banyak. Ada dimana-mana, Lagian masa lo gak tau dia kan yang sekarang menjadi hot topic di sekolah kita.”
          “iya, iya… gue tau kalian pada nge fans sama dia.tapi gue gak pernah mandang dia dari luar dan gue gak seperti kalian. emangnya kapan dia mau pindah? . Masa baru masuk udah mau pindah lagi.”
          “yaa mana gue tau. Tapi kata si lolla noh fans beratnya yang punya mata-mata banyak, katanya dia pindah nanti malem.”
          “apa? Okelah pulang sekolah gue mau kerumahnya.”
          “apa? Sejak kapan lo tau rumahnya ? lo tau rumah afa ? kok lo ga pernah cerita sih?”
          “lo jangan berisiiiiiiiiiiiiik tar mereka pada denger. Cukup lo aja yang tau. Jadi gini ceritanya, waktu lo gak masuk-masuk sekolah dia minta duduk bareng sama gue. Udah gitu 3 hari yang lalu dia ngajak gue jalan. Dan ternyata itu ke rumahnya. Terus dia ngajakin gue ke taman rumahnya . yaa ngobrol-ngobrol aja sih, tapi gue liat dia hobi banget main basket. Terus dia ngajak gue main basket. Dan kemaren sore dia ngajak gue jalan lagi. Katanya mau ngomong suatu hal. Tapi gue gatau apa? Abisnya bersamaan dengan si avi? Lo tau avi kan? Mantan yang gue sayang banget ngajak gue balikan lagi tadi sore. Dia nyeritain semuanya sama gue din. Gila kan? .”
          “ckckck,, beruntung kali nasibmu bella. Afa, avi mereka itu sama – sama makhluk ganteng.. yaa kalo menurut gue mendingan lo sama afa deh haha..” ledek dina pada bella
          “hemm, mungkin emang ada suatu hal yang penting emang dia mau omongin sma gue. Tapi gue gatau apa. Makanya pulang sekolah ini gue mau kerumahnya. Oh iya jangan sampe lo kasi tau ke yang lainnya oke. Gue tau lo sahabat yang baik.”

…..
          Bel pulang sekolah pun berbunyi. Bella segera merapikan buku-bukunya dan segera pergi menuju rumah afa
          “din, gue balik duluan ya. Sorry. “
          “okeh.. ati-ati say.”
          Bella terus melihat jam tangannya dia sedang menunggu bis di halte sekolah. Tapi bis pun tak juga datang.
          “hai bella,” sapa seorang lelaki
          “iya.. mau kemana vi?” Tanya bella
          Sikap mereka berdua seperti biasanya seperti mereka yang memang sudah kenal akrab. Dan mereka berdua seolah-olah melupakan kejadian dasyat tadi sore saat di puncak.
          “yaa.. mau ngiter-ngiter aja di jakatra abisnya gue kangen Jakarta. Lusa gue mau balik lagi ke pesantren . yaa seperti apa nasihat lo kemaren malem.”
          “okeh kalo gitu, belajar yang bener ya.”
          “lo sendiri mau kemana atuh?”
          “gue? Gue lagi nunggu bis lama banget.”
          “mau gue anter? Itupun kalo lo mau.”
          “heemm. Oke deh.”
          “ayok naik , pegangan awas nanti jatuh.”
          Mereka pun segera meninggalkan halte bis sekolah. Sebenarnya alasan avi adalah memang untuk bertemu dengan bella. Dan memang dia ingin menjemputnya seperti dahulu saat mereka pacaran.
          “bella. Mau di antar kemana?”
          “ke jalan kelapa gading.”
          “mau ngapain sih bella? Okeh gue anter kesana. Pulang mau gue jemput lagi?’’
          “heem makasih sebelumnya tapi kayanya gak deh. “
          “okeh baik. hati2 aja.. “
          Setelah beberapa menit di perjalanan merekapun sampai di jalan kelapa gading tepatnya di perumahan elit itu. avi pun menuruni bella di depan perumahan itu.
          “daa avi..” bella melambaikan tangan tanda teriimakasih padanya
          Setelah kepergian arvi dan suara motor nya tak terdengar lagi, bella pun memasuki area perumahan itu. banyak sekali rumah-rumah elit berada di situ. Dia hampir saja lupa jalan untuk pergi kerumah afa. Yang iya ingat hanya bunga matahari yang menjulang tinggi dekat area taman.
          Bella pun pergi ke arah taman itu. memang disana sepi. Perumahan itu setiap siang sepi dan memang sepi hanya ada mobil yang keluar masuk rumah tersebut. Bella pun duduk di dekat area taman. Mengingat kembali dahulu dia pernah bermain basket bersama afa disini. Di tempat ini. Dan ternyata bella selama ini baru menyadari kalo masih ada seseorang yang care sma dia selama ini. Setelah beberapa menit bella menikmati suasana taman itu bella pun tertidur disana. Afa pun datang.
          “haii… hai… “ di usap rambutnya yang panjang itu
          “hai, bangun” di rebahkannya kepala bella di pundak cowok itu
          Bella pun terbangun dari tidurnya
          “hemm afa? Ini afa kan ? Udah lama disini ? kok lo tau gue disini?”
          “iya, aku liat kamu sebenernya dari awal kamu masuk perumahan aku. Tadi aku lihat kamu ke taman ini. Awalnya aku gak mau nemuin kamu. Tapi aku liat kamu pulas tidur disini jadi aku samperin kamu.”
          “hemm hehe jadi malu .”
          “iya gak apa-apa kok. Ada apa kamu kesini?”
          “aku mau nyusulin kamu, kenapa kamu gak masuk sekolah sih tadi ? oh iya apa bener kamu juga mau pindah sekolah lagi ke solo?”
          Afa hanya diam membisu, memandangi lapangan basket tepat di depan matanya.
          “hai………., jawab dong fa.”
          “iya,.. iya… aku memang mau pindah ke solo. Kemaren aku ngajak kamu jalan karna aku mau bilang ini sama kamu. Tapi aku tau kamu ada urusan sama si arvi cowo itu. kalo boleh tau memangnya dia siapa kamu. Soalnya aku liat dimata kamu ada kerinduan dan penyesalan yang mendalam dan kamu lebih pilih jalan sama dia di banding aku.”
          “avi itu mantan aku fa. Dulu avi memang yang selalu ada di hati ku, mengisi hari-hariku dengan senyumannya , perhatiannya, candanya, juga ke ikhlasannya untuk menjagaku.. dia buat aku nyaman bersamanya, dulu posisinya nomer 1 di hatiku. Namun sekarang telah berbeda, dia buat aku kecewa, dia membuat aku bersedih, hingga dia tinggalkan sebuah kenangan untukku kenangan yang selalu ada di hatiku, menggoreskan luka yang membekas di hati kecilku. Memberikan lukisan sejarah dalam hidupku, yaa lukisan yang tak mungkin terlupakan dalam hidupku . kenangannya bersama ku, akan selalu ada di dalam hidupku juga hatiku. Hingga sampai sekarang aku susah untuk menjalani semuanya, sampai aku temukan dirimu, senyummu, tawaku , kecerianku kini kembali… kau lah yang mengembalikann semua ini.. kaulah sekarang yang terindah kan selalu terindah di hatiku.. jangan pergi.. akuu cinta kamu ..”
          Bella pun menangis air matanya berjatuhan. Tak bisa iya tahan semua ini.
          “bella, bella jangan nangis.” Afa menghapus air matanya bella
          “afa mau Tanya, apa bella beneran sayang sama afa?”
          “iya bella sadar.. bela sadar… bella gak mau kejadian dulu terulang lagi. Orang yang bella sayang ninggalin bella tanpa alasan. Dan si avi baru ngasih taunya sekarang tentang semuanya.. kemarin avi juga ngajak balikan bella. Tapi bella tolak.. bella gak mau. Bella sayang dan cinta sama afa. Begitupun afa , mau pergi ke solo tapi bella gatau.”
          “iya, iya mafin afa ya… Gak ngasih tau kamu lagi. Lagian afa kira bella gak peduli dengan kepergian afa . jadi, buat apa afa ngasih tau bella.”
          “afaa…… bella tuh peduli sama kamu. Tadi malam bella telepon, sms gak juga di bales . bikin khawatir tau ga?”
          Afa mencubit pipi bella yang chubby itu. afa pun memeluk bella
          “iya, afa sengaja matiin telepon.. kamu tau kenapa? Anak-anak satu sekolah pada berisik nelponin aku, sms juga berulang kali. Mereka semua udah tau tentang ke pindahan aku ke solo. Dan Cuma kamu doang yang gak tau sayang.”
          Afa pun memeluk bella.. dan membisikkan bella di satu daun telinganya
          “bella…. Aku cinta kamu, aku sayaaaaaanggg banget sama bella. Aku suka sama bella dari awal aku masuk kelas itu. selama ini gak ada yang bisa buat hidup ku bahagia kaya gini. Kamu beda dari cewek yang lainnya. Dan aku tau kok kamu itu baik. Aku bener-bener sayang kamu bella. Dari detik ini, hingga nanti… tunggu aku ya sayang.. aku pasti kembali :,) …
          Bella hanya bisa menangis di pelukannya dan terhanyut di salam suasana taman yang indah itu, taman itu menjadi saksi kisah cinta mereka berdua .. hanya kesunyian, sepi, hening dan hembusan angin yang menambah suasana romantis saat ini..
          Bella pun membisik
          “aku… percaya kamu, aku akan tunggu kamu sampai kau kembali.”
          “aku percaya kok. Jangan nakal ya sayang disini. Aku pasti nemuin kamu disini. Di tempat ini. Di taman ini di lapangan basket ini. Aku sayang kamu.”