Seorang sahabat sedang patah hati. Ketika seseorang yang sedang
dia tunggu, yang sedang dia perjuangkan mati-matian, mematahkan
perjuangannya, hanya dengan sebuah kabar. Perempuan itu sudah dilamar.
Hey! Ingatkah dulu ketika aku sedang patah hati?
Ketika untuk pertama kalinya aku merasakan hubungan percintaanku kandas
Aku menangis setiap malam, entah untuk berapa waktu lamanya
Kamu ada. Bersama yang lainnya, memastikan aku masih waras dan baik-baik saja
Tapi kalian membiarkanku, tidak memaksaku untuk bangkit cepat, dan memahami patah hatiku.
Dan yang terpenting, kalian membuatku tetap wajar, tetap normal, bahkan tetap professional.
Dan taukah kalian, segala perlakuan kalian yang wajarlah yang
menopangku berdiri, membuatku tak sudi lagi tenggelam dalam kesedihan
yang berkepanjangan. Karena aku yakin, banyak yang bisa aku lakukan.
Kalian yang meyakinkanku bahwa hidupku terlalu bermakna, dan aku bisa
bermanfaat untuk banyak orang ketika aku keluar dari jalur patah hatiku.
Dan ketika, dia akan menikah, kalian tau aku pantas sedih
Kalian tidak menasehatiku dengan kata2 klise, “masih banyak laki2 di
luar sana, aku pantas dapat yang lebih baik,” atau kata2 lainnya
Bahkan ketika aku tak juga menangis
Ingatkah kamu, di pelataran parkir sebuah toko roti, kamu memaksaku menangis.
Aku masih ingat ketika satpam toko roti itu curiga, lalu kamu keluar,
membelikan tiga buah roti, untukku, kamu, dan seorang sahabat lainnya.
Lalu kalian bedua menungguku, melepaskan semua perasaan yang
membebaniku behari-hari, baru kemudian mengantarkanku pulang ke rumah.
Kamu ingat, ketika akhirnya aku hadir di pesta pernikahannya, aku
bisa mengangkat wajahku. Tersenyum lebar, dan bukan senyum palsu.
Melangkah pasti ke pelaminan, dan dengan tulus mengucapkan selamat.
Aku bangkit, Aku berdiri, karna kamu dan yang lainnya.
Hari-hari setelah itu, Tuhan kembali memberikanku perasaan jatuh
cinta, berharap, dan kemudian patah hati. Namun kali ini aku cukup kuat.
Aku menikmati patah hatiku sebagai satu proses yang tidak perlu
disesali. Menjalaninya dengan wajar, dan waras tentunya.
Maka ketika kali ini kamu yang patah hati, aku akan membiarkanmu,
takkan memaksamu untuk kuat, membiarkanmu belajar dan memaknai setiap
proses yang tengah berjalan. Karena apa yang terjadi, hanya akan
membuatmu lebih kuat dan ‘naik kelas.’ Tapi tenang saja. Karena aku, dan
juga yang lainnya, sebenarnya selalu ada untukmu. Menjagamu,
memperhatikanmu, dan memastikan kamu baik-baik saja, menjalani patah
hatimu dengan wajar, dan waras.
Janji!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar