Rabu, 26 September 2012

cerita patah hati

Seorang sahabat sedang patah hati. Ketika seseorang yang sedang dia tunggu, yang sedang dia perjuangkan mati-matian, mematahkan perjuangannya, hanya dengan sebuah kabar. Perempuan itu sudah dilamar.
Hey! Ingatkah dulu ketika aku sedang patah hati?
Ketika untuk pertama kalinya aku merasakan hubungan percintaanku kandas
Aku menangis setiap malam, entah untuk berapa waktu lamanya
Kamu ada. Bersama yang lainnya, memastikan aku masih waras dan baik-baik saja
Tapi kalian membiarkanku, tidak memaksaku untuk bangkit cepat, dan memahami patah hatiku.
Dan yang terpenting, kalian membuatku tetap wajar, tetap normal, bahkan tetap professional.

Dan taukah kalian, segala perlakuan kalian yang wajarlah yang menopangku berdiri, membuatku tak sudi lagi tenggelam dalam kesedihan yang berkepanjangan. Karena aku yakin, banyak yang bisa aku lakukan. Kalian yang meyakinkanku bahwa hidupku terlalu bermakna, dan aku bisa bermanfaat untuk banyak orang ketika aku keluar dari jalur patah hatiku.

Dan ketika, dia akan menikah, kalian tau aku pantas sedih
Kalian tidak menasehatiku dengan kata2 klise, “masih banyak laki2 di luar sana, aku pantas dapat yang lebih baik,” atau kata2 lainnya

Bahkan ketika aku tak juga menangis
Ingatkah kamu, di pelataran parkir sebuah toko roti, kamu memaksaku menangis.
Aku masih ingat ketika satpam toko roti itu curiga, lalu kamu keluar, membelikan tiga buah roti, untukku, kamu, dan seorang sahabat lainnya.
Lalu kalian bedua menungguku, melepaskan semua perasaan yang membebaniku behari-hari, baru kemudian mengantarkanku pulang ke rumah.

Kamu ingat, ketika akhirnya aku hadir di pesta pernikahannya, aku bisa mengangkat wajahku. Tersenyum lebar, dan bukan senyum palsu. Melangkah pasti ke pelaminan, dan dengan tulus mengucapkan selamat.
Aku bangkit, Aku berdiri, karna kamu dan yang lainnya.
Hari-hari setelah itu, Tuhan kembali memberikanku perasaan jatuh cinta, berharap, dan kemudian patah hati. Namun kali ini aku cukup kuat. Aku menikmati patah hatiku sebagai satu proses yang tidak perlu disesali. Menjalaninya dengan wajar, dan waras tentunya.

Maka ketika kali ini kamu yang patah hati, aku akan membiarkanmu, takkan memaksamu untuk kuat, membiarkanmu belajar dan memaknai setiap proses yang tengah berjalan. Karena apa yang terjadi, hanya akan membuatmu lebih kuat dan ‘naik kelas.’ Tapi tenang saja. Karena aku, dan juga yang lainnya, sebenarnya selalu ada untukmu. Menjagamu, memperhatikanmu, dan memastikan kamu baik-baik saja, menjalani patah hatimu dengan wajar, dan waras.

Janji!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar